Minggu, 16 April 2017

Puisi


TEROPONG BATIN BERDARAH
By Romy Sastra

wahyu tertutup sudah di garis batas ambiya
tak ada lagi warta hakiki selain sabda
petuah wali keramat nan bertuah
bisu di pusara mimpi
adakala wangsit dipercaya

Jibril tak turun lagi ke muka bumi
membawa pesan ILLAHI
setia sajalah pada titah awal berlaku
sunatullah

Khidir masih bertapa bisu
di garis pantai tak bertepi
memandang sagara lepas tak berujung
pusara segitiga bermuda dahaga sudah
memuntahkan lahar api ke seantero dunia
teropong batinku berdarah

semalam,
seribu satu lafaz kukirimkan ke langit
langit mendung,
gumpalan awan hitam menyelimuti malam
rinainya berdarah di bumi nusantara
adakah gejolak di depan mata
bom waktu meledak tiba-tiba

"ah... resah,
biarlah takdir mengiringi pelangi
semogalah tumbuh benih-benih regenerasi
yang memayungi buana
tentang cakrawala pagi
menyinari dunia kembali
di negeri pertiwi tanah emas

pertapaan rasa puisiku berharap
koloni awan hitam rinaikan darah
tak menatap lagi
jangan risau bermain pada puisi
bersinarlah wahai dunia
biarkan mentari selalu menyinari
jangan tutup dengan kabut misteri
biarkan senja bertasbih di pertapaan religi
menyinari jiwa-jiwa yang gelap

HR RoS
Jakarta,17012017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar