Rabu, 05 April 2017

Prosaliris

#repost

SURAT UNTUK PERANG DUNIA KETIGA
Romy Sastra II

Wahai penghuni bumi, sejarah telah mencatat, betapa kejamnya penjajahan itu.
Menderita kehidupan di bawah langit, kan kami rasakan nanti.
Dulu Nagasaki dan Hiroshima jadi abu,
Eropa, Asia, Afrika dan Amerika menderita. Dengan ongkos perang yang sangat mahal, kini tragedi itu kan kau ulangi lagi, ironis.

Di senja ini, aku menulis sinopsis history di balik negeri kota Ngawi, di sebuah lereng gunung Lawu menatap gersangnya bumi diselimuti iklim.
Telah tandus rerumputan di padang subur,
aku buka kunci memori dalam sejarah bangku study.
Aku simak dan kuperhatikan, betapa tragisnya sebuah sejarah di buku tua.
Tragis mencekam kala dunia ini perang lagi nanti. "Bila perang terjadi" jeritan tak lagi histeris, karena semuanya mati sekejap.

Ego dunia menerkam kedamaian
jantungku berdetak kencang, ketika selebrasi aksi teknologi diperagakan di pangkalan-pangkalan military di setiap bangsa.
Kau berdelik sebagai perisai diri,
padahal, akan membunuh kami dan generasi itu nanti.
Senjata-senjata yang akan kau muntahkan di pentas teknologi nuklir,
sebagai ajang unjuk gigi.
Akankah selebrasi itu potret membumi-hanguskan tanah- tanah ini kembali,
hingga ozon tak lagi menghidupkan makhluk bumi.

"Suratku buat yang bernurani"
oh, blok Barat dan blok Timur,
perangmu di ujung tanduk menakutkanku,
hipokrit perang bersorak di jantung kami.

Bolehkah aku usul sedikit?"
Berikan bumi ini senyuman kehidupan, perdamaian abadi di era teknologi ini. Sedangkan suara hak azasi manusia menggema di mana-mana dalam wadah cinta hanya seremonial saja.
Perserikatan Bangsa Bangsa,
bebaskan bumi ini dari penjajahan dunia dan genosida!
Kau lembaga mahkamah dunia
dalam perdamaian keadilan dan keamanan, di mana tanggung jawabmu sebagai security perdamaian dunia ini? "Ah...
kau seperti banci bersolek di senja hari,
berdandan rapi tapi tak punya nyali. Apakah lembagamu konspirasi tingkat tinggi sebagai homo homini lupus? Uuhh....

Suratku untuk perang dunia ketiga,
hentikan konfrontasi itu kini!!
bola api jangan kau nyalakan lagi di sana.
Ke mana kuda-kuda kami kan berpacu berlari bermain di rerumputan nan subur, derapnya jadi berdebu gersang alang kepalang, bisa jadi ia mati sebelum bercumbu dengan embun di atas daun-daun.

Akankah kami menerobos gelap
seperti malam padahal siang,
seakan gerhana matahari berkabut oleh kilatan nuklir di atas kepala ini, kami takut tuan-tuan.
Siang seperti malam, bak kilatan mendung halilintar riuh gemuruh mechiu mengharu biru.

Rintihan itu menakutkan jiwa kami
lolongan dan air mata duka kutadah di keranjang tua, dia meleleh di telapak tangan ini,
tak tertampung tumpah berserakan di tangan yang telah pasrah.
Kami takut tuan, layar bendera telah kau kibarkan.
Masinis kereta, driver tank baja,
kapten pilot jet tempur, telah bersiap siaga ke medan laga,
pelatuk senjata seketika dimuntahkan.
Rudal-rudal penghancur akan diluncurkan, meruntuhkan peradaban
bom pembunuh masal akan beraksi membunuh penduduk bumi
sekejap itu matilah kami seketika,
lolongan kematian tak terdengar lagi, panggung dunia usai sudah....

HR RoS
Ngawi, 5 April 2016 16:50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar