Minggu, 02 April 2017

#monolog

#monolog

NEGERI DI UJUNG TANDUK
Oleh Romy Sastra II

Hitam dan putih menjadi abu-abu
hitam seperti berjubah suci
putih bernoda tersisih bungkam dikotori
kelabu sudah vigur seakan bertopeng dewa
joki terlena di punggung kuda
seperti raja berlari menuju tahta
penonton sibuk bernyanyi di layar kaca.

"Duuhh....

Si pengkhianat menyulut obor
bakar sajalah!
Hartawan senyum-senyum di istana megah
si miskin kian menjerit terjajah setiap hari
statemen beo ego diri
landasan kebenaran bibir sendiri
lidah memang tak bertulang
bercakap seenaknya saja
seperti dewa yang bertuah
disanjung di arena pengabdian
padahal homo homini lupus
ironis negeriku di ujung tanduk.

Akankah?
Caos jalan penyelesaian yang dinanti
sebagai jawaban hitam dan putih
berselimut abu-abu
bukan kami meminta negeri ini hancur lebur
mereka yang membuat skenario dunia ketiga sebagai panggung sandiwara
hingga negeri ini parah terpecah belah
kronis sudah oleh maling-maling berdasi
dari akar rumput hingga pucuk tertinggi.

Berguguran daun-daun tua muda
harga diri jatuh ke bawah
masih membela praduga tak bersalah
hingga tubuh negeri keropos
nadinya seakan terhenti bergerak
oleh benalu kekuasaan di setiap peradaban.

Negeri ini telah di ujung tanduk kawan,
menunggu bom waktu bratayuda
tak bisa dielakkan
lebih cepat lebih baik
prajurit sang patriot tampil memimpin
naik tahta membawa panji kejayaan
di sini dan di sana
akan memandu gejolak tak terduga
pasukan semut siap sudah turun gunung berkompetisi
menunggu komando perang saudara, dari intrik kapitalis yang culas.

Waspadalah...
bahaya di depan mata kita,
sewaktu-waktu kan tiba....

HR RoS
Jakarta, 02/04/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar