Minggu, 16 April 2017

Prosaliris

#repost
JEMBATAN KUBANG NYANYIAN JIWA
Romy Sastra II

i
tirani adat dalam kaum, bergulir kepada zaman untuk peradaban tak bertuan kala itu, generasi Bayang dimulai dari sebuah ekspedisi para tuanku, alam berkembang disebabkan pecahnya kearifan istana di tungku tiga sejarangan dalam percaturan kekuasaan di tangan raja yang terkudeta oleh konflik aturan dalam kekeluargaan melahirkan keturunan ke berbagai seantero bumi Melayu

ii
Bayang sebuah negeri ekspedisi tuanku raja penghulu adat, membawa empat suku dari negeri Solok Alahan Panjang, titipan tutur tuah tuanku di bawah panji adat istana Pagaruyung Minangkabau

iii
dendang indang nyanyian penunggu rimba bersahutan di hulu, si bunian melestarikan budaya pada kearifan alam, jagalah hutan dengan cinta, jangan tergerus titipan penguasa alam pada kelangsungan hidup akan terus berlanjut, yang menimbulkan bencana tiba-tiba, rusuh laju aliran air bergemuruh banjir bertamu mengalir ke perkampungan menuju samudera, risau tertumpah di dada mengingat ikatan jembatan jangan terlepas oleh hempasan deburan air bah

iv
si bujang tertegun dalam igauan,
kala lamunan menyentuh kasih memadah kisah di atas aliran air batang Bayang di jembatan tua, ketika petang telah tenggelam, kumandang azan menabuh segala ruh, sujudkan diri menghadap Ilahi, senja berlalu, kita yang pernah bernyanyi lagu-lagu kenangan di jembatan tua itu,
nyanyikan tembang jiwa di kala senja menjajah malam menikam kelam, remang kisah hidup duduknya si anak bujang petik seruling bisu siulan dungu, bahwa tepian jadi saksi cerita yang tak pernah sudah

v
batang Bayang dalam nyanyian jiwa
dekade telah berlalu sisakan selaksa cerita pada jembatan tua, bahwa di sana kisah bercumbu, sepoinya angin malam menatap kejora malam di dada langit,
kisah belum menepi di derap langkah kian payah menempuh senja, sedangkan putik telah berbuah, di berbagai jejak-jejak kelana putra daerah di perantauan di mana ia mengadu nasib, entah kapan dikau kembali kita bersua di sini di jembatan goyang yang telah bisu ditelan waktu, saksi riak kadangkala deburan menyapa laju jembatan tua, hampir putus digerus sewaktu-waktu

vi
kawan,
lihatlah titian yang terpilin oleh arus bah, teronggok sudah jadi sejarah zaman pada regenerasi titian sepintas berlari ke seberang dan titian ini pernah kita lalui bersama, ya, cerita kita pernah tertitip di sini, kisah kita bukan cerita semusim,
tapi cerita yang pernah mabuk dengan kecubung, sebatang rokok filter dan sebatang tebu yang pernah kita ambil di pinggir jalanan di depan rumah orang, sampai-sampai si pemilik tebu sumpah serapah, kalau tebunya hilang sebatang di malam hari,
kita berjuntai menyusun cerita kala malam, menatap purnama, ada cerita tentang dunia ini indah dan tentang ikrar asmara cinta yang membuat semangat muda mudi bergairah menatap langit pada purnama dan kejora mencumbui si pungguk yang merana

vii
kepada malam yang dingin di ujung jembatan kita berjuntai, petikkan gitar tua, bahwa dalam sebuah irama lagu kisah kasih di sekolah masih terasa indah hingga kini

viii
ah, kau cerita yang tersisa pada negeri yang kucintai, dari titipan leluhur pujangga adat dari istana berkelana membawa peradaban zaman ke negeri Bayang,
Kubang nagari nan denai cinto

HR RoS
Jkt, 17,2,17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar