SOLILOKUI DIRI MENCARI DIRI
Romy Sastra II
Telah aku gelorakan nafsu mencicipi hidangan bermain di ujung lidah, dari kekangan segala ingin pada pertarungan iman dan batin di shaum siang tadi.
Ternyata nikmatmu wahai si penggoda, hanya di batas tenggorokan saja.
Diri berpayah-payah mencari diri,
di mana jamuan terlezat berada?
Aku cari di kantin-kantin, kujejaki kuliner trotoar di pinggir jalan, ternyata tak satu pun yang mampu pesona kuliner itu membuat aku terpana.
Diri mencari diri,
mengikuti jejak-jejak wali bersufi, pada kajian lelaku bershaum nafsu sepanjang ruh menyelimuti, tak mau menyentuh aroma nikmat sesaat menggoda.
Aku dicubit pedih oleh hening, tak lagi memikirkan nafsu, yang kupikirkan perjumpaan kerinduan. Betapa lezatnya rindu telah terhidang di dalam sukmaku, dan bertahtanya kemewahan tiada tara.
Aku malu pada batinku, ternyata kuliner terlezat itu adalah makrifatullah.
HR RoS
Jakarta,29,05,2017
Senin, 29 Mei 2017
Minggu, 28 Mei 2017
Solilokui
SOLILOKUI
TOPENG DI BALIK RUPA
Romy Sastra II
topeng berselimut bayang, disanding rupa melati berwangi kesturi
sering berkaca pada rasa, hasrat meminjam rupa pada bulan
sedangkan kejora selalu membayangi aurora ingin berpesta di malam hari
wahai diri, sadari, takdir telah ditentukan dari azali, untuk apa bermain bayang di tangan yang kotor, bersolek seperti bidadari kesiangan
lebih baik kilaukan rupa pada tirta religi memandu relung-relung jiwa bersayap ruhani, kan terlihat jelas ekspresi ilahi pada wajah nan manis
diri yang tak pernah puas memandang pelangi, sebab hadirnya sesaat seperti imaji membayangi, kadangkala diri cemberut di depan kaca, seperti tak pernah puas pemberian dari azali, duhai diri, mengertilah
tanggalkan wajah nan bersolek di balik topeng-topeng mewah, gantilah dengan hiasan dedoa, menjadi senyuman nan berkah
HR RoS
Jakarta, 29,05,2017
TOPENG DI BALIK RUPA
Romy Sastra II
topeng berselimut bayang, disanding rupa melati berwangi kesturi
sering berkaca pada rasa, hasrat meminjam rupa pada bulan
sedangkan kejora selalu membayangi aurora ingin berpesta di malam hari
wahai diri, sadari, takdir telah ditentukan dari azali, untuk apa bermain bayang di tangan yang kotor, bersolek seperti bidadari kesiangan
lebih baik kilaukan rupa pada tirta religi memandu relung-relung jiwa bersayap ruhani, kan terlihat jelas ekspresi ilahi pada wajah nan manis
diri yang tak pernah puas memandang pelangi, sebab hadirnya sesaat seperti imaji membayangi, kadangkala diri cemberut di depan kaca, seperti tak pernah puas pemberian dari azali, duhai diri, mengertilah
tanggalkan wajah nan bersolek di balik topeng-topeng mewah, gantilah dengan hiasan dedoa, menjadi senyuman nan berkah
HR RoS
Jakarta, 29,05,2017
Puisi Sufi
JIWAKU DAN TUAN GURU ITU
Romy Sastra II
lembah-lembah diri kuselami
menurun mendaki melafaz kalam Ilahi
jalan-jalan terjal kutelusuri
memasuki alam jiwa, rongga rimba raya
aku dan nafsu itu
mengikuti jejak langkah tertatih
jerih payah tak lagi dirasai
di aliran nan tenang sesuatu bertapa bisu
di balik batu berkilau zamrud
seperti bercermin di telaga kaca rasa
sesuatu itu bersabda, ia maha jiwa
sang jiwa penunggu kasta itu berbisik
duhai yang terlena payah
jangan jauh-jauh mencari cinta
selami saja lautan terdalam
jangan takut tenggelam
di dasar jiwa itu mutiara tersimpan
duhai yang menengadah ke langit jiwa
di tingkat makam yang tinggi
makhota cinta bertahta
untuk apa engkau datang kemari
yang hanya membawa jera
padamkan pelangi melingkari galaxi diri
biar tak tergoda dengan ilusi
tuan guru nan bergelar mursyid sejati
aku datang kemari membawa cinta
izinkan aku bertanya tentang azali berdiri
ya tuan penunggu sagara alam diri
baiklah....
coba kau pegang tongkat alif, jangan dilepaskan walau sesaat
dan jangan kau berdiri di kakimu itu
jangan pula kau duduk di tilam permadani
tetapi,
berpijaklah di tempat rasamu bersembunyi
kau kan tahu rasa yang sejati
bersilalah pada embun-embun malam
pada ruang yang teramat sunyi
walau sesak menyeruak berdinding pekat
tak dapat melihat abstrak
bercumbulah dengan lafaz tasbih berbisik
kan kau dapatkan khair-khair rahsi
di sana sabda itu dibisikkan
di pertemuan pintu Ar-Rabbani
la illaha illa ana, innani anaallah
pengakuan IA.
fa subhannallazi biyadihi....
akhir kalam ayat berjanji
subhanna rabbika robbil izati....
ia adalah penutup segala doa untuk-Nya
sesungguhnya itulah sabda tuan guru
membuka jalan tajali
meminta petunjuk jalan akan azali
IA keakuan kesucian-Nya yang segala maha
nyata tak terbantah
mursyid memanggil pulang
kembalilah turun ke mayapada wahai jiwa
pegang nukilan tauhid Ilahi
jangan dilengahkan
meski langit itu kan runtuh ke bumi
HR RoS
Jakarta, 28,05,2017
Romy Sastra II
lembah-lembah diri kuselami
menurun mendaki melafaz kalam Ilahi
jalan-jalan terjal kutelusuri
memasuki alam jiwa, rongga rimba raya
aku dan nafsu itu
mengikuti jejak langkah tertatih
jerih payah tak lagi dirasai
di aliran nan tenang sesuatu bertapa bisu
di balik batu berkilau zamrud
seperti bercermin di telaga kaca rasa
sesuatu itu bersabda, ia maha jiwa
sang jiwa penunggu kasta itu berbisik
duhai yang terlena payah
jangan jauh-jauh mencari cinta
selami saja lautan terdalam
jangan takut tenggelam
di dasar jiwa itu mutiara tersimpan
duhai yang menengadah ke langit jiwa
di tingkat makam yang tinggi
makhota cinta bertahta
untuk apa engkau datang kemari
yang hanya membawa jera
padamkan pelangi melingkari galaxi diri
biar tak tergoda dengan ilusi
tuan guru nan bergelar mursyid sejati
aku datang kemari membawa cinta
izinkan aku bertanya tentang azali berdiri
ya tuan penunggu sagara alam diri
baiklah....
coba kau pegang tongkat alif, jangan dilepaskan walau sesaat
dan jangan kau berdiri di kakimu itu
jangan pula kau duduk di tilam permadani
tetapi,
berpijaklah di tempat rasamu bersembunyi
kau kan tahu rasa yang sejati
bersilalah pada embun-embun malam
pada ruang yang teramat sunyi
walau sesak menyeruak berdinding pekat
tak dapat melihat abstrak
bercumbulah dengan lafaz tasbih berbisik
kan kau dapatkan khair-khair rahsi
di sana sabda itu dibisikkan
di pertemuan pintu Ar-Rabbani
la illaha illa ana, innani anaallah
pengakuan IA.
fa subhannallazi biyadihi....
akhir kalam ayat berjanji
subhanna rabbika robbil izati....
ia adalah penutup segala doa untuk-Nya
sesungguhnya itulah sabda tuan guru
membuka jalan tajali
meminta petunjuk jalan akan azali
IA keakuan kesucian-Nya yang segala maha
nyata tak terbantah
mursyid memanggil pulang
kembalilah turun ke mayapada wahai jiwa
pegang nukilan tauhid Ilahi
jangan dilengahkan
meski langit itu kan runtuh ke bumi
HR RoS
Jakarta, 28,05,2017
Sabtu, 27 Mei 2017
Puisi Sufi
MENATAP IA DENGAN TAFAKUR
Romy Sastra II
aku puisikan bait-bait larik jiwa
menatap sekejap ke dalam otakku
dengan jalan membunuh inderawi
duduk bersila bak budha menatap nirwana
tiada bermantera tak berkomat-kamit
yang kubawa hanya secercah rasa
seketika gumpalan pelita hadir bak kejora
menerangi alam batinku
tercipta dari keheningan sesaat
aku dan nafsu itu
berpacu mengejar tempat tertinggi
pada kasta-kasta iman menggoda diri
ialah menatap kerlip sang maha mega
di puncak fana terhenti
menyimak yang sejati
ataukah labirin menyesatkan di balik tirai ilusi
segala nafsu lelah terbakar sirna
di keheningan malam di wajah baitullah
indah kerlip cinta bertaburan cahaya
aku dan diriku
membunuh hasrat doa
tiada yang kupinta
selain ingin menatapnya saja
bahwa sesungguhnya Dia masih ada, memelukku
pada janji yang tak pernah diingkari-Nya
bahwa jiwa ini tak berjarak dengan Maha
aku haru,
dosa-dosa itu seakan berguguran
tubuh runtuh bergemetaran
pada terjawabnya asholatu daimullah
semoga itu pertanda ibadahku diterima-Nya
innallaha latukhliful mii'aad
dalam khyusu' sesaat
aku dan diriku lebur lenyap dan fana
fana menyentuh maha rasa
bersatu padu, yang ada hanya DIA
HR RoS
Jakarta, 27,05,2017
Romy Sastra II
aku puisikan bait-bait larik jiwa
menatap sekejap ke dalam otakku
dengan jalan membunuh inderawi
duduk bersila bak budha menatap nirwana
tiada bermantera tak berkomat-kamit
yang kubawa hanya secercah rasa
seketika gumpalan pelita hadir bak kejora
menerangi alam batinku
tercipta dari keheningan sesaat
aku dan nafsu itu
berpacu mengejar tempat tertinggi
pada kasta-kasta iman menggoda diri
ialah menatap kerlip sang maha mega
di puncak fana terhenti
menyimak yang sejati
ataukah labirin menyesatkan di balik tirai ilusi
segala nafsu lelah terbakar sirna
di keheningan malam di wajah baitullah
indah kerlip cinta bertaburan cahaya
aku dan diriku
membunuh hasrat doa
tiada yang kupinta
selain ingin menatapnya saja
bahwa sesungguhnya Dia masih ada, memelukku
pada janji yang tak pernah diingkari-Nya
bahwa jiwa ini tak berjarak dengan Maha
aku haru,
dosa-dosa itu seakan berguguran
tubuh runtuh bergemetaran
pada terjawabnya asholatu daimullah
semoga itu pertanda ibadahku diterima-Nya
innallaha latukhliful mii'aad
dalam khyusu' sesaat
aku dan diriku lebur lenyap dan fana
fana menyentuh maha rasa
bersatu padu, yang ada hanya DIA
HR RoS
Jakarta, 27,05,2017
Rabu, 24 Mei 2017
Puisi religi
TUHAN MAHA NYATA
Romy Sastra II
Tuhan
tidak tidur
IA melihat segala yang nyata dan ghaib
tak pernah ngantuk
sekejap IA tertidur lebur yang ada
Tuhan
tak pernah makan,
sebab IA bukan makhluk
IA lapar dan haus ingin disapa
IA Khalik, sumber nutrisi lahir dan batin
Tuhan
IA nyata dan tersembunyi
berwujud tak berwarna
tersembunyi di pikiran yang dungu
padahal IA nyata ada di hadapan kita
Tuhan
IA bukan alam mayapada
bukan benda
bukan juga cahaya
IA Dzat Awas menyelimuti segala yang ada
Maka,
sadari rasa
IA bersemayam di jiwa-jiwa yang peka
HR RoS
Jkt,240517
Romy Sastra II
Tuhan
tidak tidur
IA melihat segala yang nyata dan ghaib
tak pernah ngantuk
sekejap IA tertidur lebur yang ada
Tuhan
tak pernah makan,
sebab IA bukan makhluk
IA lapar dan haus ingin disapa
IA Khalik, sumber nutrisi lahir dan batin
Tuhan
IA nyata dan tersembunyi
berwujud tak berwarna
tersembunyi di pikiran yang dungu
padahal IA nyata ada di hadapan kita
Tuhan
IA bukan alam mayapada
bukan benda
bukan juga cahaya
IA Dzat Awas menyelimuti segala yang ada
Maka,
sadari rasa
IA bersemayam di jiwa-jiwa yang peka
HR RoS
Jkt,240517
Selasa, 16 Mei 2017
Puisi Sufi
Kupinjam Alif-Lam-Mim-Mu Semalam
Karya Romy Sastra II
Satu aksara kalam pada tiga kalimah, 3 in 1
Alif al Hak
Lam utusan
Mim terangnya
Tersembunyi dan nyata
Hening tak berniat menuju destinasi dan sampai
Tak terabai seditik pun
Tak jauh Alif yang dituju, kenapa berpayah melaju
Kokoh berpadu bulat yakin pada tauhid
Langit tak acuh, pintunya terbuka lebar, selebar arasy terbentang.
Bumi selalu tertindih tak risih pasrah di bawah langit meski ia akan runtuh seperti meteor menghujani dengan bara-bara api
Matilah sekejap dari duniawi, tenggelamkan nafsu
Pada akar terjuntai kasih sayang dalam belaian rahman rahim Tuhan
Menetes kasih tak terbilang
Tampunglah dalam pengabdian iman
Ia terjauh dan terdekat sekali, tak berjarak
Matahari keras memandang mayapada, membakari
Matahati menerangi diri tak pernah padam, menyinari selagi hayat dikandung badan
Duduklah di tilam lusuh
Berwudu' batin sucikan hati tak berdebu
Di sana dan di sini Alif berada
Di pijar-pijar batin cinta bertahta
Nun dalam pikir terpikirkan akan Mim
Penantiannya selalu menunggu kedatangan kekasih
Menyemai rindu dalam kyusuk, fanakan tahalli
Berjalan bersama takhali, ciptakan tajalli
Maka bercumbulah ruh dengan Maha Ruh
Mabuk dalam hidangan anggur cinta asyik bertasbih
Dari pencapaian peluh mendaki gunung-gunung dan lembah
Hingga berlayar di samudera terindah
Terdampar di dermaga sunah
Berjalanlah dengan Alif Lam Mim di dunia fana dan batin
Supaya tak tergoda dengan fatamorgana
Jangan tersesat jalan pulang
Tak tergoda iman dengan rayuan
Moleknya si buah kuldi di mata jalang ilusi
Hindari...!!
HR RoS
Jakarta,16,05,2017
Karya Romy Sastra II
Satu aksara kalam pada tiga kalimah, 3 in 1
Alif al Hak
Lam utusan
Mim terangnya
Tersembunyi dan nyata
Hening tak berniat menuju destinasi dan sampai
Tak terabai seditik pun
Tak jauh Alif yang dituju, kenapa berpayah melaju
Kokoh berpadu bulat yakin pada tauhid
Langit tak acuh, pintunya terbuka lebar, selebar arasy terbentang.
Bumi selalu tertindih tak risih pasrah di bawah langit meski ia akan runtuh seperti meteor menghujani dengan bara-bara api
Matilah sekejap dari duniawi, tenggelamkan nafsu
Pada akar terjuntai kasih sayang dalam belaian rahman rahim Tuhan
Menetes kasih tak terbilang
Tampunglah dalam pengabdian iman
Ia terjauh dan terdekat sekali, tak berjarak
Matahari keras memandang mayapada, membakari
Matahati menerangi diri tak pernah padam, menyinari selagi hayat dikandung badan
Duduklah di tilam lusuh
Berwudu' batin sucikan hati tak berdebu
Di sana dan di sini Alif berada
Di pijar-pijar batin cinta bertahta
Nun dalam pikir terpikirkan akan Mim
Penantiannya selalu menunggu kedatangan kekasih
Menyemai rindu dalam kyusuk, fanakan tahalli
Berjalan bersama takhali, ciptakan tajalli
Maka bercumbulah ruh dengan Maha Ruh
Mabuk dalam hidangan anggur cinta asyik bertasbih
Dari pencapaian peluh mendaki gunung-gunung dan lembah
Hingga berlayar di samudera terindah
Terdampar di dermaga sunah
Berjalanlah dengan Alif Lam Mim di dunia fana dan batin
Supaya tak tergoda dengan fatamorgana
Jangan tersesat jalan pulang
Tak tergoda iman dengan rayuan
Moleknya si buah kuldi di mata jalang ilusi
Hindari...!!
HR RoS
Jakarta,16,05,2017
Minggu, 14 Mei 2017
Kwatrin
#Kwatrin
GELORA API
Romy Sastra II
Kobaran api di hati membakar lingga diri
Waspadai denging bersiul pada sami'
Gejolak mengintai di gerbang hari
Jangan bermain api, kan terbakar nanti
Membakar unggun menghasilkan abu
Tarian panas padam menyisakan debu
Harga diri mahal bertarung tak kenal malu
Seperti kurap-kurap anjing tak berbaju
Berkacalah pada jiwa
Di sana ada cahaya nan bermegah
Sauk tirta di telaga rasa
Berjalanlah diri dengan mutmainah
I'tibari sebatang lilin mencair, terbakar rela
Rela mencair lenyap tak bersisa
Demi menerangi kelam, meski temaram
Mahkota api tersenyum dalam diam
Adakala api sahabat berguna jika terkuasai
Duhai amarah, jangan berlebih-lebihan sekali
Sadari musuh tak jauh mengintai
Jika dibiarkan sengketa tersemai, konflik tertunai
Berkawanlah dengan api kecil tak membakari
Jadikan panasnya berkah menerangi
Untuk apa bermain air membanjiri
Hidup beriak bermandi tangis tersesali
Sahabat yang tenang adalah mutmainah
Sahabat yang tersesali, ia lawwamah
Hati-hatilah sahabat setengah baik, sufiah
Jauhi sahabat yang hina membakari, amarah
HR RoS
Jakarta,14,05,17
GELORA API
Romy Sastra II
Kobaran api di hati membakar lingga diri
Waspadai denging bersiul pada sami'
Gejolak mengintai di gerbang hari
Jangan bermain api, kan terbakar nanti
Membakar unggun menghasilkan abu
Tarian panas padam menyisakan debu
Harga diri mahal bertarung tak kenal malu
Seperti kurap-kurap anjing tak berbaju
Berkacalah pada jiwa
Di sana ada cahaya nan bermegah
Sauk tirta di telaga rasa
Berjalanlah diri dengan mutmainah
I'tibari sebatang lilin mencair, terbakar rela
Rela mencair lenyap tak bersisa
Demi menerangi kelam, meski temaram
Mahkota api tersenyum dalam diam
Adakala api sahabat berguna jika terkuasai
Duhai amarah, jangan berlebih-lebihan sekali
Sadari musuh tak jauh mengintai
Jika dibiarkan sengketa tersemai, konflik tertunai
Berkawanlah dengan api kecil tak membakari
Jadikan panasnya berkah menerangi
Untuk apa bermain air membanjiri
Hidup beriak bermandi tangis tersesali
Sahabat yang tenang adalah mutmainah
Sahabat yang tersesali, ia lawwamah
Hati-hatilah sahabat setengah baik, sufiah
Jauhi sahabat yang hina membakari, amarah
HR RoS
Jakarta,14,05,17
Sabtu, 13 Mei 2017
Quotes
#Quotes
Transformasikan api menjadi cahaya, jika tak ingin terbakar oleh hujatan. Sedangkan panas silih berganti datang memanasi, kenapa terbakar?!
Tengoklah ke dalam diri!
Ada telaga jiwa yang mampu menyirami gersangnya jejak-jejak kaki berlari. Sedangkan hujan lambat sekali datang, kemaraunya hingga bertahun-tahun, sabar dan berdoalah!
Semoga gersang tersirami.
HR RoS
Jkt, 13,05,17
Transformasikan api menjadi cahaya, jika tak ingin terbakar oleh hujatan. Sedangkan panas silih berganti datang memanasi, kenapa terbakar?!
Tengoklah ke dalam diri!
Ada telaga jiwa yang mampu menyirami gersangnya jejak-jejak kaki berlari. Sedangkan hujan lambat sekali datang, kemaraunya hingga bertahun-tahun, sabar dan berdoalah!
Semoga gersang tersirami.
HR RoS
Jkt, 13,05,17
Jumat, 12 Mei 2017
Kwatrin
#KWATRIN
KEMATIAN HAK YANG KURINDU
Karya Romy Sastra II
Bias-bias pikir terkikis, pesimis
Gontai langkah diri menghalau ironis
Menggapai cinta Ilahi, mestilah optimis
Buang keraguan di dada tempat sarangnya Iblis
Dalam religi, aku pamit
Pergi berkelana ke alam yang tak sempit
Berkuda jiwa berkomat-kamit
Terbang melayang menuju langit
Aku pergi jauh dari pergulatan dunia
Meninggalkan sermonial cinta, mencari Maha cinta
Kutempa kearifan jiwa pada nafsu hina
Pergi memamah cinta dalam fananya sukma
Diri mengejar asa terkadang tersesat, menyesatkan
Pada rayuan dunia, yang sejati terlupakan
Menangis sedih mengingat kematian
Sedangkan el-maut masih dalam perjalanan
Bila malam-malam rindu duduk sendiri
Mencari kematian diri yang hakiki
Langit pat gulipat kututup rapat-rapat
Jangan ada nada-nada puji yang tersekat
Kebisingan sami' menggema, bak lonceng berbunyi
Asyik bersunyi membubung arasy lafaz terhenti
Hati berbisik bashir kututupi
Matilah aku di dalam sunyi
Alam malam dalam kegelapan
Hening menempuh kematian
Kematian di dalam kehidupan
Sungguh malam itu lebih baik dari malam seribu bulan
Berjalan bak kilat ke dinding misykat
Kupapah jiwa bersama rasa, mengikat kuat
Menyatu bersama unsurku dalam syahadat
Larut melebur ke istananing Dzat
Tak kubawa makhota mewah
Hanya menggendong sebait megah
Bergandeng tangan dengan rasulullah
berputar mengelilingi Baitullah
Tak dapat pelita di tungku perapian rasa
Tak kutemukan cahaya-Nya di sang surya
Tak menerangi lilin di milad usia
Tak pesona ceria di glamournya pesta
Pesta itu anggun tak berpenonton riuh
Sorotan lampu panggung silau menipu ruh
Karena sang opera pertunjukan dungu
Tertipu pada rindu-rindu semu
Sesungguhnya, aku menemukan cinta
Di dalam kematian rasa
Mati dalam hayat, bukan kifayah
Lenyap ke dalam fardhu 'ain, fitrah
Perjalanan sufi berakhir suci
Sebuah pertemuan realita cinta yang dicari
khair di kasyaf hati, wilayah rahmat ilmu laduni
bersama-Mu, aku bahagia sekali
HR RoS
Jakarta, 12,05,2017
KEMATIAN HAK YANG KURINDU
Karya Romy Sastra II
Bias-bias pikir terkikis, pesimis
Gontai langkah diri menghalau ironis
Menggapai cinta Ilahi, mestilah optimis
Buang keraguan di dada tempat sarangnya Iblis
Dalam religi, aku pamit
Pergi berkelana ke alam yang tak sempit
Berkuda jiwa berkomat-kamit
Terbang melayang menuju langit
Aku pergi jauh dari pergulatan dunia
Meninggalkan sermonial cinta, mencari Maha cinta
Kutempa kearifan jiwa pada nafsu hina
Pergi memamah cinta dalam fananya sukma
Diri mengejar asa terkadang tersesat, menyesatkan
Pada rayuan dunia, yang sejati terlupakan
Menangis sedih mengingat kematian
Sedangkan el-maut masih dalam perjalanan
Bila malam-malam rindu duduk sendiri
Mencari kematian diri yang hakiki
Langit pat gulipat kututup rapat-rapat
Jangan ada nada-nada puji yang tersekat
Kebisingan sami' menggema, bak lonceng berbunyi
Asyik bersunyi membubung arasy lafaz terhenti
Hati berbisik bashir kututupi
Matilah aku di dalam sunyi
Alam malam dalam kegelapan
Hening menempuh kematian
Kematian di dalam kehidupan
Sungguh malam itu lebih baik dari malam seribu bulan
Berjalan bak kilat ke dinding misykat
Kupapah jiwa bersama rasa, mengikat kuat
Menyatu bersama unsurku dalam syahadat
Larut melebur ke istananing Dzat
Tak kubawa makhota mewah
Hanya menggendong sebait megah
Bergandeng tangan dengan rasulullah
berputar mengelilingi Baitullah
Tak dapat pelita di tungku perapian rasa
Tak kutemukan cahaya-Nya di sang surya
Tak menerangi lilin di milad usia
Tak pesona ceria di glamournya pesta
Pesta itu anggun tak berpenonton riuh
Sorotan lampu panggung silau menipu ruh
Karena sang opera pertunjukan dungu
Tertipu pada rindu-rindu semu
Sesungguhnya, aku menemukan cinta
Di dalam kematian rasa
Mati dalam hayat, bukan kifayah
Lenyap ke dalam fardhu 'ain, fitrah
Perjalanan sufi berakhir suci
Sebuah pertemuan realita cinta yang dicari
khair di kasyaf hati, wilayah rahmat ilmu laduni
bersama-Mu, aku bahagia sekali
HR RoS
Jakarta, 12,05,2017
Kamis, 11 Mei 2017
KA'BAH ITU TERNYATA WAJAHKU
Karya Romy Sastra
kuhamparkan sajadah cinta
berdiri menyebut nama-Mu
menatap ke dalam fana
khusyu' berjubah takbir
memanggil yang tak tampak
bersembunyi di dalam jiwa ini
kukhusyu'kan pikiran, memandu kalbu
menutup nafsu, membuka tirai-tirai itu
pasrahkan jiwa raga,
menghantarkan wejangan rindu
pada kifayah, ibadah sholat lima waktu
ruku' sujudkan tubuh,
tak jua temukan engkau cinta
telah aku serahkan segalanya
pada sholat fardhu,
berharap engkau menerimaku,
tetap saja masih membisu
kututup nafsu,
kubuka pintu kematian,
ka'bah itu ternyata wajahku
baitullah itu tubuhku
batu hitam adalah hatiku
dalam fana kematian di dalam hidup
ternyata jiwa ini
telah diselimuti dengan cahaya bermegah
Di sanalah aku menemukan baitul makmur menara iman itu
inilah sholat yang tak tersia-siakan
datang membawah cinta,
berharap kekasih mencintai juga
"ya Rabb"
mahabbahkanlah cinta-Mu
dalam kelemahan dan kebodohan diri
pelitakanlah jubah insani yang diridhoi
ampunilah segala dosa-dosaku
terimalah kehadiranku ini
meski aku datang membawa noda
siramilah dengan madu mahabbah-Mu
aku ingin belajar menjadi pencinta sejati
dalam kelemahan takwa,
semogalah ibadahku dicintai
HR RoS
Jakarta, 11092016
Karya Romy Sastra
kuhamparkan sajadah cinta
berdiri menyebut nama-Mu
menatap ke dalam fana
khusyu' berjubah takbir
memanggil yang tak tampak
bersembunyi di dalam jiwa ini
kukhusyu'kan pikiran, memandu kalbu
menutup nafsu, membuka tirai-tirai itu
pasrahkan jiwa raga,
menghantarkan wejangan rindu
pada kifayah, ibadah sholat lima waktu
ruku' sujudkan tubuh,
tak jua temukan engkau cinta
telah aku serahkan segalanya
pada sholat fardhu,
berharap engkau menerimaku,
tetap saja masih membisu
kututup nafsu,
kubuka pintu kematian,
ka'bah itu ternyata wajahku
baitullah itu tubuhku
batu hitam adalah hatiku
dalam fana kematian di dalam hidup
ternyata jiwa ini
telah diselimuti dengan cahaya bermegah
Di sanalah aku menemukan baitul makmur menara iman itu
inilah sholat yang tak tersia-siakan
datang membawah cinta,
berharap kekasih mencintai juga
"ya Rabb"
mahabbahkanlah cinta-Mu
dalam kelemahan dan kebodohan diri
pelitakanlah jubah insani yang diridhoi
ampunilah segala dosa-dosaku
terimalah kehadiranku ini
meski aku datang membawa noda
siramilah dengan madu mahabbah-Mu
aku ingin belajar menjadi pencinta sejati
dalam kelemahan takwa,
semogalah ibadahku dicintai
HR RoS
Jakarta, 11092016
Puisi Sufi
BAYU KAU NAPAS SYURGA ITU
Karya Romy Sastra
semilir ilir mengukir syair
tatapan syahdu
dendangkan kidung bisu
siulan bernada cinta dari liang rongga
melelapkan kenari yang lagi bernyanyi
bayu, kau napas syurga itu
tercipta dari rasa taman mutmainah
bila padang gersang
akan subur dari nada nada siul senja
bertakbir menatap langit
berkumpul sujud di rumah qulhu
napas syurga itu,
dari langit-langit rongga menyeru
Ya, Hu... ya, Hu ....
seruan detak jantung dan nadi
berkoloni memompa napas hari
memandu hayat pada puji itu
melipat dunia dari nafsu tercela
hening ke mata hati
melaju ke gunung thursina
di antara dua rongga goa
di ka'bahtullah
bayu, kau napas itu
bila mamiri hadir menyejukkan hati
terlena pada hembusan kekasih,
jikalau ribut pada kabut
kau merusak alam ini
bayu napas kehidupan yang melaju pergi
bertamu silih berganti
datang dan kembali
bayu kehidupan dikawal israil dan israfil
sang pencabut yang mengigil
hancur lulu lantak menyisakan debu,
ketika sang napas sudah sampai
di penghujung jalan itu
berakhir sudah opera cinta dunia
pada amanah yang tertitipkan di rumah dunia
HR RoS
Jakarta, 11-9-2016, 14,23
Karya Romy Sastra
semilir ilir mengukir syair
tatapan syahdu
dendangkan kidung bisu
siulan bernada cinta dari liang rongga
melelapkan kenari yang lagi bernyanyi
bayu, kau napas syurga itu
tercipta dari rasa taman mutmainah
bila padang gersang
akan subur dari nada nada siul senja
bertakbir menatap langit
berkumpul sujud di rumah qulhu
napas syurga itu,
dari langit-langit rongga menyeru
Ya, Hu... ya, Hu ....
seruan detak jantung dan nadi
berkoloni memompa napas hari
memandu hayat pada puji itu
melipat dunia dari nafsu tercela
hening ke mata hati
melaju ke gunung thursina
di antara dua rongga goa
di ka'bahtullah
bayu, kau napas itu
bila mamiri hadir menyejukkan hati
terlena pada hembusan kekasih,
jikalau ribut pada kabut
kau merusak alam ini
bayu napas kehidupan yang melaju pergi
bertamu silih berganti
datang dan kembali
bayu kehidupan dikawal israil dan israfil
sang pencabut yang mengigil
hancur lulu lantak menyisakan debu,
ketika sang napas sudah sampai
di penghujung jalan itu
berakhir sudah opera cinta dunia
pada amanah yang tertitipkan di rumah dunia
HR RoS
Jakarta, 11-9-2016, 14,23
Senin, 08 Mei 2017
Puisi bisu
SEPERTI BISU BERMIMPI
By Romy Sastra
lamunan diri dibisikkan tutur bisu
dengan aksara yang tak meng-eja
berbisik seperti dalam mimpi
melekat tutur ke daun telinga
tak jua tahu makna rasa
mengartikan sendiri dengan teliti
semakin tak mengerti yang di-eja
makna aksara bisu terpana dungu
kerdip kening semakin tak menentu
berlalu tinggalkan sepi
mengayuh biduk jauh melaju
menuju samudera biru
bercerita bersama ombak
dinyanyikan sejuta bahasa riak
tak terasa pendayung patah
telah rapuh digilas waktu
ke mana arah kan dituju, bingung sudah
pasrah pada takdir
berharap pelayaran kembali ke darat
akhirnya takdir menentukan keselamatan
sesampai di tepian
telah kembali ke pantai
jejaki pasir mengitari bibir pantai
gemulai langkah bercampur aduk
dengan galian ambai-ambai
jejak langkah tergerus riak malangnya nasib tak terurai
"Aahh ... berharap,
jejak kaki kokoh melukis tarian diri
berkicaunya sriti dan camar menari bernyanyi menghalau sepi
tak jua mampu mengusir sedih
"uuuhhh ...
ombak pantai kian melabuh gemuruh
jiwa yang telah resah semakin rusuh
berteriak sejadi-jadinya
sang kicauan akhirnya terbang menjauh
berlalu jauh dan jauuuhh
ke pulau yang tak berpenunggu
menggenggam setitik riak laut
kukecup
berharap dahagaku lebur
asin itu terasa madu
mencoba menanam bunga di jambangan
disiram rintik gerimis malam
pagi kulirik
bunga di jambangan hati
layu sebelum berkembang
"aahhh ... bunga di taman hati
tanah tandus gersang bermain hari
berguru kepada tegarnya ilalang
hidup di bumi kering terbakar api
ilalang tak tersiram embun
tetap siklus tunas muda berpucuk silih berganti
aku sang pemerhati mimpi
mencoba menterjemahkan arti
akankah mawar beduri
mampu mengikrar noktah
berkawan merpati merengkuh janji
pada larik puisi ini mengetuk rasa cinta
pada sesiapa yang merasa tak bisu ....
HR RoS
Jakarta, 23-10-2015, 09,02
By Romy Sastra
lamunan diri dibisikkan tutur bisu
dengan aksara yang tak meng-eja
berbisik seperti dalam mimpi
melekat tutur ke daun telinga
tak jua tahu makna rasa
mengartikan sendiri dengan teliti
semakin tak mengerti yang di-eja
makna aksara bisu terpana dungu
kerdip kening semakin tak menentu
berlalu tinggalkan sepi
mengayuh biduk jauh melaju
menuju samudera biru
bercerita bersama ombak
dinyanyikan sejuta bahasa riak
tak terasa pendayung patah
telah rapuh digilas waktu
ke mana arah kan dituju, bingung sudah
pasrah pada takdir
berharap pelayaran kembali ke darat
akhirnya takdir menentukan keselamatan
sesampai di tepian
telah kembali ke pantai
jejaki pasir mengitari bibir pantai
gemulai langkah bercampur aduk
dengan galian ambai-ambai
jejak langkah tergerus riak malangnya nasib tak terurai
"Aahh ... berharap,
jejak kaki kokoh melukis tarian diri
berkicaunya sriti dan camar menari bernyanyi menghalau sepi
tak jua mampu mengusir sedih
"uuuhhh ...
ombak pantai kian melabuh gemuruh
jiwa yang telah resah semakin rusuh
berteriak sejadi-jadinya
sang kicauan akhirnya terbang menjauh
berlalu jauh dan jauuuhh
ke pulau yang tak berpenunggu
menggenggam setitik riak laut
kukecup
berharap dahagaku lebur
asin itu terasa madu
mencoba menanam bunga di jambangan
disiram rintik gerimis malam
pagi kulirik
bunga di jambangan hati
layu sebelum berkembang
"aahhh ... bunga di taman hati
tanah tandus gersang bermain hari
berguru kepada tegarnya ilalang
hidup di bumi kering terbakar api
ilalang tak tersiram embun
tetap siklus tunas muda berpucuk silih berganti
aku sang pemerhati mimpi
mencoba menterjemahkan arti
akankah mawar beduri
mampu mengikrar noktah
berkawan merpati merengkuh janji
pada larik puisi ini mengetuk rasa cinta
pada sesiapa yang merasa tak bisu ....
HR RoS
Jakarta, 23-10-2015, 09,02
Minggu, 07 Mei 2017
Prosaliris
BIBIT PENCINTA NAN AGUNG MENYESALI
Karya Romy Sastra II
azali cinta,
berjubah kasih mencurah rindu
pada kasta jiwa mengenal budi
antara terhijab dan nyata
tetap mendapatkan tempat berpayung rasa
kala hujan basah berselimut embun
andai kehausan,
panas bergelora kekeringan tersenyum
rumput-rumput bergoyang
lambaikan kedamaian
tertitip bayu merona syahdu
sempurnanya ciptaan Tuhanku
para pencinta nan agung
sampai saat ini masih memuji rindu, bertasbih
semenjak sabda tercipta
sedetik pun tak alpa
Tuhan ciptakan surga nan indah
fitrah maha kekasih 'tuk sang khalifah
Tuhan ciptakan neraka sebagai peringatan
anai-anai melubangi urat nadi
menyemai syahwat membuai tangkai
sepoi diayun bayu rayu, kebiri janji Ilahi
merayu menggoda rasa hina
pucuk-pucuk melambai tebarkan gairah
terpesona sudah dengan payet-payet indah
membuai asmara kasih
asyik memadu rindu
bak kumbang mengisap madu kembang
tak sadarkan diri,
terkutuk sudah dari Ilahi
menjerit menyesali tercampak ke mayapada
sepanjang tahun sepi seorang
lara hiba menghunus pedang doa
berlari di malam buta antara Safa dan Marwa
mengetuk pintu arasy sang Maha bermain dalang
doa dipanjatkan,
rabbanaa zolamnaa amfusanaa wailam taghfirlanaa watarhamnaa lanakunanna minal koosirin
duhai ... cinta, belahan jiwa
di manakah kini kau berada?"
kembalilah mengisi sepiku
tandus haus lara lelah mencarimu
Engkau Tuhan, yang kusembah
nan bersemayam dalam angan kedunguanku
hamba memohon, ampuni kesalahan kami
bodohnya hamba terlena tergerus goda Iblis
Engkau Tuhan, nan bertahta di jiwa ini
bukalah pintu rahmatMu kembali
hibalah,
hamba menyesali diri sepanjang hari
bersenandung lara, karena kesalahan ini
Engkau maha pengampun,
maka ampunilah kami
Engkau mencipta yang nyata dan yang batin
tak terpikirkan olehku
Engkau ada di hati ini
kenapa iman diri kulengahkan
memang, hamba telah tertipu rayu
sabda sang utusan uluk salam
kala fajar berseru"
wahai jiwa nan lara,
sujudkan ragamu menyapa tanah
meski tandus ia suci
cikal bakal terdirinya jasad itu
rengkuhlah doa debu-debu malam
bertayamum suci menyapu bulir yang menetes
buang jauh-jauh nebula rayu di pohon itu
dekaplah lafaz-lafaz hiba mohon ampun
biar tercurah kasih sayangNya
allahu akbar,
salam terucap kanan dan kiri
salamun kaulam mirrabirrahim
terbentang kembali keindahan semu
tentang tirani hidup,
akan membentang panjang,
sampai dunia ini tertutup
hadir sang kekasih yang dirindui
sang kekasih menyapa di antara fajar
fajar akan berlalu pergi
berganti pelita dunia
pertemuan membuncah haru
tangis rindu membangunkan fijar-fijar mentari
bibit dunia pencinta nan agung berbahagia
bertemu sudah pada yang didamba
berkasih mesra serasa tak ingin berpisah lagi 'tuk selamanya
#history_Adam_Hawa
HR RoS
Jakarta, 07,05,17
Karya Romy Sastra II
azali cinta,
berjubah kasih mencurah rindu
pada kasta jiwa mengenal budi
antara terhijab dan nyata
tetap mendapatkan tempat berpayung rasa
kala hujan basah berselimut embun
andai kehausan,
panas bergelora kekeringan tersenyum
rumput-rumput bergoyang
lambaikan kedamaian
tertitip bayu merona syahdu
sempurnanya ciptaan Tuhanku
para pencinta nan agung
sampai saat ini masih memuji rindu, bertasbih
semenjak sabda tercipta
sedetik pun tak alpa
Tuhan ciptakan surga nan indah
fitrah maha kekasih 'tuk sang khalifah
Tuhan ciptakan neraka sebagai peringatan
anai-anai melubangi urat nadi
menyemai syahwat membuai tangkai
sepoi diayun bayu rayu, kebiri janji Ilahi
merayu menggoda rasa hina
pucuk-pucuk melambai tebarkan gairah
terpesona sudah dengan payet-payet indah
membuai asmara kasih
asyik memadu rindu
bak kumbang mengisap madu kembang
tak sadarkan diri,
terkutuk sudah dari Ilahi
menjerit menyesali tercampak ke mayapada
sepanjang tahun sepi seorang
lara hiba menghunus pedang doa
berlari di malam buta antara Safa dan Marwa
mengetuk pintu arasy sang Maha bermain dalang
doa dipanjatkan,
rabbanaa zolamnaa amfusanaa wailam taghfirlanaa watarhamnaa lanakunanna minal koosirin
duhai ... cinta, belahan jiwa
di manakah kini kau berada?"
kembalilah mengisi sepiku
tandus haus lara lelah mencarimu
Engkau Tuhan, yang kusembah
nan bersemayam dalam angan kedunguanku
hamba memohon, ampuni kesalahan kami
bodohnya hamba terlena tergerus goda Iblis
Engkau Tuhan, nan bertahta di jiwa ini
bukalah pintu rahmatMu kembali
hibalah,
hamba menyesali diri sepanjang hari
bersenandung lara, karena kesalahan ini
Engkau maha pengampun,
maka ampunilah kami
Engkau mencipta yang nyata dan yang batin
tak terpikirkan olehku
Engkau ada di hati ini
kenapa iman diri kulengahkan
memang, hamba telah tertipu rayu
sabda sang utusan uluk salam
kala fajar berseru"
wahai jiwa nan lara,
sujudkan ragamu menyapa tanah
meski tandus ia suci
cikal bakal terdirinya jasad itu
rengkuhlah doa debu-debu malam
bertayamum suci menyapu bulir yang menetes
buang jauh-jauh nebula rayu di pohon itu
dekaplah lafaz-lafaz hiba mohon ampun
biar tercurah kasih sayangNya
allahu akbar,
salam terucap kanan dan kiri
salamun kaulam mirrabirrahim
terbentang kembali keindahan semu
tentang tirani hidup,
akan membentang panjang,
sampai dunia ini tertutup
hadir sang kekasih yang dirindui
sang kekasih menyapa di antara fajar
fajar akan berlalu pergi
berganti pelita dunia
pertemuan membuncah haru
tangis rindu membangunkan fijar-fijar mentari
bibit dunia pencinta nan agung berbahagia
bertemu sudah pada yang didamba
berkasih mesra serasa tak ingin berpisah lagi 'tuk selamanya
#history_Adam_Hawa
HR RoS
Jakarta, 07,05,17
Syair_Lara
Syair_lara
Adakah Pintu Maaf Bagiku
By Romy Sastra
"duhh, memori ....
masih pantaskah aku merindu?"
luka yang kutorehkan begitu dalam
berulam tikam
rindu yang kuhidangkan kini
seperti bercampur debu
senyuman yang kuhantarkan
telah hambar tak lagi dimaknakan
pelangi cinta yang dititipkan pudar warnanya
"kini ...
kesunyian menyapa rindu
bahagia telah tertutup kabut
wajah nan dulu manis tergurat sendu
kata-kata perpisahan itu
seringkali bergulir dari bibirmu dulu
dari titik kesalahanku yang tak kutahu
"ahh... lelah sudah menatap rindu, secercah senyum mesra di balik layar kaca
tak lagi bisa kutatap rona bahagia
bahkan senyap sudah menutup gita
kebahagiaan nan dulu indah telah pergi
berlalu membawa luka tak berdarah
lepas sudah genggaman jemari ini
kau titipkan aku di jalan berbatu
gersang sepi bisu kumalu
genggaman yang dulu mesra
kini bersimbah air mata
sakitnya luka kekasih, pedih
"ohh ... kasih,
maafkanlah aku sekali lagi."
aku mencoba belajar sabar dan sadar
menghalau yang tak biasa
dari minda yang berbuat lara
semoga maaf itu kau beri
ke mana sosok yang dulu menginspirasiku
mengisi kedewasaanku
tak lagi kutemui
dikau sungguh berarti
meski belum pernah kutemui
dalam syair ini,
setidaknya kau mengertilah
goresan luka lara
meski secercah senyum senja akan pergi
bias menutup jagad menyelimuti malam
tengelam dalam angan yang tak berkawan
menyapa dikau dalam sebak
masih adakah pintu maaf itu kau beri?"
HR RoS
Jakarta, 22-10-2015
Adakah Pintu Maaf Bagiku
By Romy Sastra
"duhh, memori ....
masih pantaskah aku merindu?"
luka yang kutorehkan begitu dalam
berulam tikam
rindu yang kuhidangkan kini
seperti bercampur debu
senyuman yang kuhantarkan
telah hambar tak lagi dimaknakan
pelangi cinta yang dititipkan pudar warnanya
"kini ...
kesunyian menyapa rindu
bahagia telah tertutup kabut
wajah nan dulu manis tergurat sendu
kata-kata perpisahan itu
seringkali bergulir dari bibirmu dulu
dari titik kesalahanku yang tak kutahu
"ahh... lelah sudah menatap rindu, secercah senyum mesra di balik layar kaca
tak lagi bisa kutatap rona bahagia
bahkan senyap sudah menutup gita
kebahagiaan nan dulu indah telah pergi
berlalu membawa luka tak berdarah
lepas sudah genggaman jemari ini
kau titipkan aku di jalan berbatu
gersang sepi bisu kumalu
genggaman yang dulu mesra
kini bersimbah air mata
sakitnya luka kekasih, pedih
"ohh ... kasih,
maafkanlah aku sekali lagi."
aku mencoba belajar sabar dan sadar
menghalau yang tak biasa
dari minda yang berbuat lara
semoga maaf itu kau beri
ke mana sosok yang dulu menginspirasiku
mengisi kedewasaanku
tak lagi kutemui
dikau sungguh berarti
meski belum pernah kutemui
dalam syair ini,
setidaknya kau mengertilah
goresan luka lara
meski secercah senyum senja akan pergi
bias menutup jagad menyelimuti malam
tengelam dalam angan yang tak berkawan
menyapa dikau dalam sebak
masih adakah pintu maaf itu kau beri?"
HR RoS
Jakarta, 22-10-2015
Sabtu, 06 Mei 2017
Prosaliris berbahasa Minang
#ragamkucindan
TAKBIR BUYA TAISAK DI HARI RAYO
Karya Romy Sastra
Jauh-jauh tabangnyo si burung bangau
namun hinggoknyo
yo ka kubangan juo
jauh-jauh bujang marantau
namun pulangnyo lai ka kampung halaman kito.
Karatau madang di hulu
babuah bungo balun
marantaulah bujang dahulu
di rumah paguno balun.
Lah jauh tabangnyo perjalanan
putera daerah mancari ilmu
lah tarang nagari di sabalah
lah silau mato mamandang nagari urang
nagari kito basilang sangketo
antah bilo katarangnyo.
Tadanga saluang kubalo di lereng bukiek
di rambang patang hari
sayuik-sayuik ganto padati
bansaik di badan
lah jadi pamenan diri.
Baurai isak tangieh ka dado
nasib si dagang malang
galeh takambang hujan tibo
sumarak Bayang Sani
di balai induak-induak kito
barabuik patang
manjalang sanjo hari.
Manangieh tapian bundo
anak nan ketek lah digadangkan
lah gadang dak kunjuang pulang
lah cadiek si bujang diasuh angku katik
babalieklah ka Bayang Sani
ramikan nagari kito.
Kinilah masonyo anak nan paguno
mambangun kampuang jo nagari
bia dak sio-sio jabatan disandang
selagi masih bafungsi
mambuek anak kamanakan bangga kini.
"Yuuukk...!"
Jadikan koto baru tanah religi
Bayang pado umumnyo
itu baru kujempol, salut kami.
Dangalah rintihan sayuik-sayuik sampai
kami menadah hibo
gemparkan Mesjid Jihad itu nanti
dengan orasi dakwah islami.
Mesjid kitolah asri buya
di jalan raya Bayang Sani
di bangun jo amal jariyah petani
tapi mesjid itu kosong
dengan cahaya pengetahuan ulama,
ulama itu di mano kini?!"
****
"Ooo ...buya?"
babalieklah ka nagari
doa kami menyertai kesehatanmu.
Katiko tanah merah tabantang
di nan langang
sasah mayit tibo kudian
indak katadanga lai rintihan misteri
ka mesjid Jihad itu nanti
maratok surang di kayu gadang
takana jaso bundo alun ditunaikan.
Pitaruahkan anak kamanakan
sarato umaik jo nagari
mahimbau jo hibo hati
babalieklah kanagari kito
bangun kampung halaman
basamo-samo kumbali
nanlah ditinggakan sedari dulu.
Nan cadiek panuntun sipandieh
nan cegak panuntun sitengkak
nan nyariang panunjuakan si pakak
nan tarang panuntun si buto
nan kayo tampek batenggang
nan bansaik jaan bahibo hati
nan pandieh pailah batanyo
ka tungku parapian buya kito
bia masak aieh tajarang.
Tamakan indak tasasali
taupek usah dicaraco
cukuik inok-inok palito hati
kok karuah aieh di hilieh
tolong janiehkan aieh di hulu
ampun baribu ampun ka nan kuaso
pinta jo pinto barilah maaf mamak kami
lah cegak sakiek di hati.
Bungo rampai alah tuangku serakkan
ka sarek pantun di nan rami
baguru ka padang data
dapek ruso balang kaki
baguru kapalang aja
bagai bungo kambang tak jadi
balaieh sampai ka pulau
bajalan sampai ka bateh
batanyo ka nan tahu
manuntuik kaji kapado ahlinyo
apa kaji dek diulang
pasa jalan dek dituruik
mangaji sampai khatam
alam takambang jadi guru.
"Buya...?!"
Kami tunggu kesaksian khutbah ulama
di Mesjid Jihad Koto Baru Bayang
di hari rayo nanti.
Sang putera daerah berkumpul
DR Ahmad Kosasih
berharap khutbah takbir
balinang aieh mato di ranah bundo
bia talarai isak nan salamoko.
Salam santun dan hormat kami
dari anak kamanakan sarato umaik jo nagari.
HR RoS
Jakarta, 3-2-2016, 10,32
Kwatrin
#kwatrin
IQTIBARI NASIB
By Romy Sastra II
Terlena pada pandangan pertama, purnama
Kisi-kisi malam membuai angan, pada kejora
Ilalang di tanah tandus, merindukan bahagia
Sedangkan rinai sama sekali, tak jua ada
Kupu-kupu di atas daun bermandi tangis
Sedih di daun layu, rintihan hidup histeris
Jeritan tak terdengar, menyentuh batin
Lolongan kepedihan lenyap terbawa angin
Oohh, koloni awan, sibakkan gumpalanmu
Jangan menutup langit nan membiru
Tersenyumlah iklim, biarkan si kecil berlari
Rotasi pancaroba masih menyimpan misteri
Bercermin pada kisah, bukalah pintu hati
Jangan bermain bayangan diri
Sadari langkah, seberapa jauh kaki berlari
Tetap yang dikejar hanyalah ilusi
Menyadari takdir adalah ibadah kepadaNya
Insafi sayap-sayap liarmu si rama-rama
Jangan tergoda pada dunia
Ada seribu satu jalan menuju bahagia
HR RoS
Jakarta, 06,05,17
IQTIBARI NASIB
By Romy Sastra II
Terlena pada pandangan pertama, purnama
Kisi-kisi malam membuai angan, pada kejora
Ilalang di tanah tandus, merindukan bahagia
Sedangkan rinai sama sekali, tak jua ada
Kupu-kupu di atas daun bermandi tangis
Sedih di daun layu, rintihan hidup histeris
Jeritan tak terdengar, menyentuh batin
Lolongan kepedihan lenyap terbawa angin
Oohh, koloni awan, sibakkan gumpalanmu
Jangan menutup langit nan membiru
Tersenyumlah iklim, biarkan si kecil berlari
Rotasi pancaroba masih menyimpan misteri
Bercermin pada kisah, bukalah pintu hati
Jangan bermain bayangan diri
Sadari langkah, seberapa jauh kaki berlari
Tetap yang dikejar hanyalah ilusi
Menyadari takdir adalah ibadah kepadaNya
Insafi sayap-sayap liarmu si rama-rama
Jangan tergoda pada dunia
Ada seribu satu jalan menuju bahagia
HR RoS
Jakarta, 06,05,17
Jumat, 05 Mei 2017
Puisi sufi
MUSYAFIR SUFI
Karya Romy Sastra II
tenggelamkan matahari dunia
buka pintu diri
gelap mencari terang
pada matahari sejati
kerlap-kerlip bintang bertaburan
purnama semu berlalu
kosmik galaksi jiwa bertumpukkan
bak kiamat lebur
menjadi secercah maha makna
langit berlubang
menembus lapis tertinggi
jiwa terbang
dengan segumpalan awan
bersayap, dihantar asma-asma cinta
membuncah arasy
sukma rindu tak menemukan siang
maupun malam
yang ada kelembutan abadi
dalam perjalanan terbaik
yaa, perjalanan cinta sang mujahid sufi
menemui kekasih pada duduk tasbih
hening, menyapa bisu
tetesan rindu,
meleleh membanjiri air mata surga
ternyata, yang dicari sudah menyelimuti
HR RoS
Jakarta, 20092016
Karya Romy Sastra II
tenggelamkan matahari dunia
buka pintu diri
gelap mencari terang
pada matahari sejati
kerlap-kerlip bintang bertaburan
purnama semu berlalu
kosmik galaksi jiwa bertumpukkan
bak kiamat lebur
menjadi secercah maha makna
langit berlubang
menembus lapis tertinggi
jiwa terbang
dengan segumpalan awan
bersayap, dihantar asma-asma cinta
membuncah arasy
sukma rindu tak menemukan siang
maupun malam
yang ada kelembutan abadi
dalam perjalanan terbaik
yaa, perjalanan cinta sang mujahid sufi
menemui kekasih pada duduk tasbih
hening, menyapa bisu
tetesan rindu,
meleleh membanjiri air mata surga
ternyata, yang dicari sudah menyelimuti
HR RoS
Jakarta, 20092016
Kamis, 04 Mei 2017
Puisi Bunda
B U N D A
by Romy Sastra
Dari tetesan darahmu aku ada
dalam kandunganmu aku terfitrah
dan dalam kandunganmu jua
aku mengenal Allah.
Dari ASI itu aku tumbuh
dengan didikanmu aku bijaksana
oleh perhatianmu aku dewasa
dari tatapanmu aku tahu makna.
B U N D A,
dari kelembutanmu aku mengerti kasih
dari belaianmu aku tahu arti cinta
dengan tuntunanmu
ananda paham akidah.
B U N D A,
kini aku sudah dewasa
telah jauh darimu karena cinta kedua
kini kurindu ingin bersua
belajar dari cinta kasih sayang
yang pernah bunda ajarkan
di tanah tumpah darah lahir ke dunia
betapa berharganya didikan itu
Untuk kutitipkan juga sama cucumu nanti.
B U N D A,
tunggulah aku di beranda itu
kembali
dari perantauan seberang pulau.
Anakmu dulu,
yang pernah ditimang-timang
pagi dan petang
di beranda rumah itu
bunda lepaskan aku ke sekolah.
kini si buah hatiku telah lahir ke dunia
'tuk melanjutkan tiranimu bunda
cucumu sudah dewasa
sayangnya tak pernah berjumpa.
Sekarang ini,
anakmu tahu makna sebagai nilai orang tua
darimu jua
terima kasih ya ayah bunda.
Dalam kerinduan ini
kupersembahkan puisi rinduku
untukmu bunda
tanpa ada tetesan air mata
kucoba 'tuk tegar menghadapi dunia
oh, bundaku.
HR RoS
Jakarta, 20-9-2015, 11,40
by Romy Sastra
Dari tetesan darahmu aku ada
dalam kandunganmu aku terfitrah
dan dalam kandunganmu jua
aku mengenal Allah.
Dari ASI itu aku tumbuh
dengan didikanmu aku bijaksana
oleh perhatianmu aku dewasa
dari tatapanmu aku tahu makna.
B U N D A,
dari kelembutanmu aku mengerti kasih
dari belaianmu aku tahu arti cinta
dengan tuntunanmu
ananda paham akidah.
B U N D A,
kini aku sudah dewasa
telah jauh darimu karena cinta kedua
kini kurindu ingin bersua
belajar dari cinta kasih sayang
yang pernah bunda ajarkan
di tanah tumpah darah lahir ke dunia
betapa berharganya didikan itu
Untuk kutitipkan juga sama cucumu nanti.
B U N D A,
tunggulah aku di beranda itu
kembali
dari perantauan seberang pulau.
Anakmu dulu,
yang pernah ditimang-timang
pagi dan petang
di beranda rumah itu
bunda lepaskan aku ke sekolah.
kini si buah hatiku telah lahir ke dunia
'tuk melanjutkan tiranimu bunda
cucumu sudah dewasa
sayangnya tak pernah berjumpa.
Sekarang ini,
anakmu tahu makna sebagai nilai orang tua
darimu jua
terima kasih ya ayah bunda.
Dalam kerinduan ini
kupersembahkan puisi rinduku
untukmu bunda
tanpa ada tetesan air mata
kucoba 'tuk tegar menghadapi dunia
oh, bundaku.
HR RoS
Jakarta, 20-9-2015, 11,40
Selasa, 02 Mei 2017
Puisi Sang Nabi
SANG NABI
Karya Romy Sastra
Tirani khalifah Ilahi
Diintimidasi dari kekuasaan sadis
Ibrahim kecil terlantar di lorong pengap
Haus dan lapar menjerit pilu
Air madu surga mencucur di ujung jari
Mukjizat pertama itu terjadi
Menyusu pada telunjuk sendiri
Tanpa ayah bunda, suasana sunyi
Jalan itu menelusuri padang gersang
Tiada celah cahaya pada nurani insani
Tertutup api raja Namrud
Yang ada hanya kegelapan iman
Bertuhan pada patung-patung
Ciptaan Azar ayahnya sendiri
Melipat jejak terjal dengan yakin
Memandu tauhid
Bermukim di dahan iman
Bertanya diri pada kenabian
Di mana Engkau bersembunyi Tuhan?"
Aku cari Engkau pada terik,
inilah Tuhanku
Kenapa Tuhan tenggelam!"
Aku benci Tuhan yang semu
Aku cari Engkau pada bintang-bintang malam yang bertaburan
Pada sosok wajah nan ayu rupawan
Kerlip itu pun berlalu dari tatapan rindu
Aku benci kepada Tuhan yang tenggelam
Tuhan maha pencipta
Jangan bersembunyi di balik hatiku
Tampakkan wajah-Mu
Suarakan sabda-Mu
Tintakan firman itu lewat kalam,
Dalam bait-bait kalbu sebagai petunjukku
Kalimahtullah bertasbih pada gejolak api
Hikmah tauhid tertinggi sang Nabi
Mentranspormasi api menjadi cahaya
Tak terbakar
Bermandi api menjadi lentera cinta
Basah tubuh khalifah pada embun surga
Ibrahim, engkau bapak segala khalifah
Dalam panji-panji agamamu
Insan di muka bumi ini mulya
Sampai terbenamnya terik ke maghribi
Hingga matahari terbit kembali dari barat
Jejak tauhidmu tak lenyap di muka bumi
Risalahmu tetap abadi
Ya, sang Nabi
HR RoS
Jakarta, 09092016
Puisi religi
RASA ITU MURSYID DIRI
Romy Sastra II
kejujuran iman
keutamaan dalam detak jantung berpacu
mengejar langkah waktu
silih berganti datang dan pergi
denyut nadi mengiringi aliran laju
rasa diri di sekujur tubuh sutra surgawi
langit-langit rongga terminal rasa
ketika rasa memberi tahu
dialah mursyid diri itu
bila mursyid sejati dalam diri sunyi
rasa terhenti tubuh mati
ketika Jibril menyapa
datang membawah risalah Tuhannya
berhadapan di antara rasa dan mata hati
bersiap-siaplah
suatu saat nanti ia membawamu pergi
menyatukan kembali ke azali
sanggupi saja kedatangannya membawa ruh
sabda tuan guru penuntun jalan hakiki
berbisik pada bilik-bilik religi
seperti berada dalam goa Hira
membuka pintu-pintu arasy
dia hadir sebagai sahabat baik tak menipu
ketika tabir terbuka kerlip bertamu
sang utusan titip pesan
kenalilah dirimu selalu
jangan sampai tersesat jalan
pesan sabda,
kau akan tahu jalan Tuhanmu
di puncak rasa, ia maha rasa itu
sirri wa ana sirrahu
HR RoS
Jakarta 020517
Romy Sastra II
kejujuran iman
keutamaan dalam detak jantung berpacu
mengejar langkah waktu
silih berganti datang dan pergi
denyut nadi mengiringi aliran laju
rasa diri di sekujur tubuh sutra surgawi
langit-langit rongga terminal rasa
ketika rasa memberi tahu
dialah mursyid diri itu
bila mursyid sejati dalam diri sunyi
rasa terhenti tubuh mati
ketika Jibril menyapa
datang membawah risalah Tuhannya
berhadapan di antara rasa dan mata hati
bersiap-siaplah
suatu saat nanti ia membawamu pergi
menyatukan kembali ke azali
sanggupi saja kedatangannya membawa ruh
sabda tuan guru penuntun jalan hakiki
berbisik pada bilik-bilik religi
seperti berada dalam goa Hira
membuka pintu-pintu arasy
dia hadir sebagai sahabat baik tak menipu
ketika tabir terbuka kerlip bertamu
sang utusan titip pesan
kenalilah dirimu selalu
jangan sampai tersesat jalan
pesan sabda,
kau akan tahu jalan Tuhanmu
di puncak rasa, ia maha rasa itu
sirri wa ana sirrahu
HR RoS
Jakarta 020517
Senin, 01 Mei 2017
Puisi sufi
#Repost
DIALAH, IA___________
Karya Romy Sastra
Pada kekasih menitip salam
salam dititip mengiringi cinta
cinta yang terhantar ke medan takwa
Napas-napas yang pergi dan kembali
bersemayam mengitari rahsi
rahsi Ilahi memandu rahsa sejati
Melangkah ke savana rasa
seketika menatap cinta
aku sudah sampai di padang
Savana jiwa
Hening tak bersuara, bising tak bernada
La sami'an ilaallah
Puji cinta menyapa, tak ada sahutan
dia berbisik!
La mutakalliman ilaallah
Aku menatap keindahan kekasih
tak kutemukan surgawi
yang ada tatapan cinta!
La bashiran ilaallah
Hilang memasuki ruang kehidupan
ternyata tak ada kehidupan
tak ada kematian
yang ada!
La hayatan ilaallah
Lalu, siapa aku?
La haula wala kuata illa billahil aliyil adzim
Dialah Ia berkuasa pada yang ada dan tiada
HR RoS,
Jakarta, 19-9-2015. 10, 07
DIALAH, IA___________
Karya Romy Sastra
Pada kekasih menitip salam
salam dititip mengiringi cinta
cinta yang terhantar ke medan takwa
Napas-napas yang pergi dan kembali
bersemayam mengitari rahsi
rahsi Ilahi memandu rahsa sejati
Melangkah ke savana rasa
seketika menatap cinta
aku sudah sampai di padang
Savana jiwa
Hening tak bersuara, bising tak bernada
La sami'an ilaallah
Puji cinta menyapa, tak ada sahutan
dia berbisik!
La mutakalliman ilaallah
Aku menatap keindahan kekasih
tak kutemukan surgawi
yang ada tatapan cinta!
La bashiran ilaallah
Hilang memasuki ruang kehidupan
ternyata tak ada kehidupan
tak ada kematian
yang ada!
La hayatan ilaallah
Lalu, siapa aku?
La haula wala kuata illa billahil aliyil adzim
Dialah Ia berkuasa pada yang ada dan tiada
HR RoS,
Jakarta, 19-9-2015. 10, 07
Prosa
#Repost
PROSA SEMALAM DI MALAYSIA
by Romy Sastra
Kata orang mimpi itu bunga tidur, setelah kuhayati gak juga.
Ternyata mimpi adalah sebuah petunjuk dari yang maha kuasa.
Mimpi bunga tidur terjadi dari pergolakkan keseharian kita ini, ketika tidur jiwa tak berpegang ke kalimah Ilahi, maka godaan-godaan datang menghampiri.
Alkisah ....
Sebut saja nama itu Jejaka,
Jejaka putra Sumatera berkelana ke tanah Jawa semenjak remaja, sang Jejaka mengembara dari lorong- lorong kota ke kota lainnya,
hanya berbekal jajakan dagangan kecil dari pintu ke pintu, tawarkan sesuatu yang ia jual.
Kadang dari pasar pagi ke pasar malam. "mmm, hanya mencari sesuap nasi.
Bermimpi punya obsesi jadi orang berarti, sekurang-kurangnya untuk kelangsungan hidup rumah tangganya nanti.
Berlalunya waktu,
Jejaka menemukan tambatan hati, di salah satu kota Jakarta.
Ya, kota Jakarta bagian barat. Jejaka akhirnya menikah di tanah kelahiran istrinya di pulau Jawa,
singkat cerita, Jejaka dan istrinya berbahagia hingga berbuah cinta melahirkan dua orang putra
putra Jejaka sekarang sudah remaja.
Dulu jejaka punya cita-cita, ingin sekolah ke university, aral kesehatan menjegal impian
hingga studynya broken oleh keadaan. Pada kesehatan yang tak mengizinkannya kala itu,
kini Jejaka punya misi, dan cita-cita. Dulu semasa pendidikan punya obsesi hendak kuliah, sayangnya pendidikannya terputus. Kini keinginannya itu, diserahkan ke putera sulung yang kini masih di bangku SMA sebentar lagi akan menamatkan jenjang pendidikan SMA-nya itu.
Impian si Jejaka ingin direalitikan oleh putra sulungnya, menempuh study ke jenjang university.
Semoga putera sulung jadi siswa teladan di sekolahnya dan bisa meraih prestasi yang dibanggakan.
Berlalunya waktu, kini Jejaka payah, hidupnya susah, niaga pun berantakan, sekarang jadi pengangguran.
Hidup bak siklus hari, ada hujan ada panas, ibarat roda berputar kadang di atas kadang di bawah.
Sementara, makan dan minum ditanggung oleh istri yang rela.
Sang istri selalu setia dan tabah bermanja melayani kehidupan rumah tangganya.
"Hehemm ....
Kadangkala dihiasi juga dengan pertengkaran-pertengkaran kecil dalam irama rumah tangganya,
dan itu dia anggap saja sebagai seni kehidupan. Indahnya sebuah noktah, dalam kearifan diri sebagai pemimpin. Ya, ketika pertengkaran terjadi, kedua pasangan itu berbesar hati saling meminta maaf dari kesalahpahaman yang terjadi, dan mereka sama-sama memaafkan, cumbuan bumbu rumahtangga kembali diketengahkan, jadilah itu pereda tangis ketika konflik-konflik kecil melanda.
*************
Jejaka cinta ....
Kini Jejaka menatap cinta ketiga yang berada jauh di samudera biru, negeri Kinabalu
negeri yang belum pernah ditemui,
cinta itu pun juga belum pernah bertemu.
Cinta pertama Jejaka, telah tersusun bisu dalam lemari kenangan. Dan sepertinya, sosok cinta pertamanya itu. Ia berada di pulau Kalimantan. Sampai saat ini tak pernah bertemu lagi, semenjak lepas dari pendidikan SMP, ketika mereka berada di kampung halaman. Ada dua dekade setengah tak pernah bertemu. Ahhh... biarlah story itu jadi memori bisu.
Cinta kedua Jejaka, ada pada realiti noktahnya kini, semoga
berbahagialah selamanya.
**********
Cinta ketiga itu,
sebut saja namanya Jelita.
Si Jelita juga mempunyai kisah dalam perjalanan hidupnya.
Kehidupannya yang penuh misteri, berwatak Srikandi tapi berhati lembut.
Kehidupannya diliputi kemelut dari cabaran hidup, teruk sakit gastrik membuat langkahnya sulit melangkah.
Masa depan keluarga ada di tangannya,
aku bangga mendengarkan dari cerita-cerita perjalanan hidupnya.
Jelita ....
Aku kini sudah tua,
ingin berlayar melancong ke negeri Sabah, Malaysia. Jejaka berkeinginan mencoba semalam di Malaysia,
bercerita dan ingin bertamu ke sebuah negeri impian tempat Jelita berada.
Negeri perantauan yang menjanjikan bagi kehidupan orang-orang rantau yang tak beruntung di negeri kampung halamannya.
"Mmm,
apakah Jejaka juga bermimpi ingin seperti pahlawan-pahlawan devisa itu,
entahlahh?"
*********
Impian....
Ketika takdir menentukan langkah hidup apa boleh buat,
berharap sampai di sana bertemu dengan Jelita, bercerita sejenak di sebuah home stay mungil, kutatap wajah Jelita, ada pancaran rona-rona bahagia dan bahagia. Bercerita asa cinta yang selama ini terlukis di maya, telah terwujud sudah.
Malaysia negeri sehati sejiwa
negeri yang ramah orangnya, taat beribadah.
Aku terpesona kelembutan sikap Jelita perempuan Sabah
mimpi dengan Jelita akhirnya bersua.
Kugenggam jemarinya, kuucapkan kata cinta.
I love you, I miss you ... "Jelita akhirnya tersenyum mesra.
Aku menatap wajah Jelita yang sayu akan rindu, karena takut rindu itu berlalu, ketika jelita berubah ekspresi kebahagian jadi risau, ia menatap ke sebuah taman dan sesekali ke ruang sepi dan langit tak berhujung, tak menghiraukan kehadiran Jejaka yang telah jauh-jauh datang dari seberang. Sepertinya makna lamunannya, jauh ke ruang angkasa, ada rasa syukur, akan kehadiran sosok yang ia dambakan di dunia maya selama ini, seakan takdir alam telah mempertemukannya pada cinta dunia maya.
Di kelopak matanya ada tetesan bening mengalir.
"Jejaka mencoba bertanya pada Jelita?" dan tangannya yang masih tergenggam, kenapa dikau menangis Jelita? Tanya Jejaka, kekasihnya yang telah berada di sampingnya sendiri.
Jelita akhirnya, dia berucap lirih.
"Abaangg? "Lalu, Jelita diam seketika, dan setelah itu Jelita menatapku" dia berucap kembali dengan penuh keyakinan.
"Kuusap air matanya di sela tangis Jelita.
"Ia Jelita, mengatakan.
I love you, I miss you juga abg,
aku akhirnya terharu, dengan ucapan Jelita kekasih maya itu.
"Mmmm....
Ketika itu, aku tertawa sejadi-jadinya, hahaahaaaa....
Sehingga aku dicubit manja oleh Jelita, "auuuuwwww... sakit tau, lirihku padanya, biarin aja wee, jawabannya.
Kucoba menenangkan diri Jelita dalam pelukanku
dan kuucapkan sebuah kata asmara kisah.
"Jelita??
Life in opera ini memang indah Jelita, godaku pada Jelita.
Ya, abangku, jawabnya.
"Abang?" memang cinta satu malam ini terasa indah abg.
Spontan, kupeluk tubuh Jelita lebih erat lagi, dalam dekapan itu. Jelita cinta, akhirnya kukecup bibirnya sejadi-jadinya. Hehe jelita pasrah,
hingga ... Hehem....
"Ahhh, kisah pada hasrat,
terlukis dalam hati yang tersirat.
Kuluahkan story dalam prosa sederhana ini,
hatiku geli,
kenapa story ini terjadi. Malulah pada umur seharusnya.
Jejaka akhirnya menemukan cinta ketiganya semalam di Malaysia.
wasalam ....
HR RoS
Jakarta, 18-9-2015. 16,29
PROSA SEMALAM DI MALAYSIA
by Romy Sastra
Kata orang mimpi itu bunga tidur, setelah kuhayati gak juga.
Ternyata mimpi adalah sebuah petunjuk dari yang maha kuasa.
Mimpi bunga tidur terjadi dari pergolakkan keseharian kita ini, ketika tidur jiwa tak berpegang ke kalimah Ilahi, maka godaan-godaan datang menghampiri.
Alkisah ....
Sebut saja nama itu Jejaka,
Jejaka putra Sumatera berkelana ke tanah Jawa semenjak remaja, sang Jejaka mengembara dari lorong- lorong kota ke kota lainnya,
hanya berbekal jajakan dagangan kecil dari pintu ke pintu, tawarkan sesuatu yang ia jual.
Kadang dari pasar pagi ke pasar malam. "mmm, hanya mencari sesuap nasi.
Bermimpi punya obsesi jadi orang berarti, sekurang-kurangnya untuk kelangsungan hidup rumah tangganya nanti.
Berlalunya waktu,
Jejaka menemukan tambatan hati, di salah satu kota Jakarta.
Ya, kota Jakarta bagian barat. Jejaka akhirnya menikah di tanah kelahiran istrinya di pulau Jawa,
singkat cerita, Jejaka dan istrinya berbahagia hingga berbuah cinta melahirkan dua orang putra
putra Jejaka sekarang sudah remaja.
Dulu jejaka punya cita-cita, ingin sekolah ke university, aral kesehatan menjegal impian
hingga studynya broken oleh keadaan. Pada kesehatan yang tak mengizinkannya kala itu,
kini Jejaka punya misi, dan cita-cita. Dulu semasa pendidikan punya obsesi hendak kuliah, sayangnya pendidikannya terputus. Kini keinginannya itu, diserahkan ke putera sulung yang kini masih di bangku SMA sebentar lagi akan menamatkan jenjang pendidikan SMA-nya itu.
Impian si Jejaka ingin direalitikan oleh putra sulungnya, menempuh study ke jenjang university.
Semoga putera sulung jadi siswa teladan di sekolahnya dan bisa meraih prestasi yang dibanggakan.
Berlalunya waktu, kini Jejaka payah, hidupnya susah, niaga pun berantakan, sekarang jadi pengangguran.
Hidup bak siklus hari, ada hujan ada panas, ibarat roda berputar kadang di atas kadang di bawah.
Sementara, makan dan minum ditanggung oleh istri yang rela.
Sang istri selalu setia dan tabah bermanja melayani kehidupan rumah tangganya.
"Hehemm ....
Kadangkala dihiasi juga dengan pertengkaran-pertengkaran kecil dalam irama rumah tangganya,
dan itu dia anggap saja sebagai seni kehidupan. Indahnya sebuah noktah, dalam kearifan diri sebagai pemimpin. Ya, ketika pertengkaran terjadi, kedua pasangan itu berbesar hati saling meminta maaf dari kesalahpahaman yang terjadi, dan mereka sama-sama memaafkan, cumbuan bumbu rumahtangga kembali diketengahkan, jadilah itu pereda tangis ketika konflik-konflik kecil melanda.
*************
Jejaka cinta ....
Kini Jejaka menatap cinta ketiga yang berada jauh di samudera biru, negeri Kinabalu
negeri yang belum pernah ditemui,
cinta itu pun juga belum pernah bertemu.
Cinta pertama Jejaka, telah tersusun bisu dalam lemari kenangan. Dan sepertinya, sosok cinta pertamanya itu. Ia berada di pulau Kalimantan. Sampai saat ini tak pernah bertemu lagi, semenjak lepas dari pendidikan SMP, ketika mereka berada di kampung halaman. Ada dua dekade setengah tak pernah bertemu. Ahhh... biarlah story itu jadi memori bisu.
Cinta kedua Jejaka, ada pada realiti noktahnya kini, semoga
berbahagialah selamanya.
**********
Cinta ketiga itu,
sebut saja namanya Jelita.
Si Jelita juga mempunyai kisah dalam perjalanan hidupnya.
Kehidupannya yang penuh misteri, berwatak Srikandi tapi berhati lembut.
Kehidupannya diliputi kemelut dari cabaran hidup, teruk sakit gastrik membuat langkahnya sulit melangkah.
Masa depan keluarga ada di tangannya,
aku bangga mendengarkan dari cerita-cerita perjalanan hidupnya.
Jelita ....
Aku kini sudah tua,
ingin berlayar melancong ke negeri Sabah, Malaysia. Jejaka berkeinginan mencoba semalam di Malaysia,
bercerita dan ingin bertamu ke sebuah negeri impian tempat Jelita berada.
Negeri perantauan yang menjanjikan bagi kehidupan orang-orang rantau yang tak beruntung di negeri kampung halamannya.
"Mmm,
apakah Jejaka juga bermimpi ingin seperti pahlawan-pahlawan devisa itu,
entahlahh?"
*********
Impian....
Ketika takdir menentukan langkah hidup apa boleh buat,
berharap sampai di sana bertemu dengan Jelita, bercerita sejenak di sebuah home stay mungil, kutatap wajah Jelita, ada pancaran rona-rona bahagia dan bahagia. Bercerita asa cinta yang selama ini terlukis di maya, telah terwujud sudah.
Malaysia negeri sehati sejiwa
negeri yang ramah orangnya, taat beribadah.
Aku terpesona kelembutan sikap Jelita perempuan Sabah
mimpi dengan Jelita akhirnya bersua.
Kugenggam jemarinya, kuucapkan kata cinta.
I love you, I miss you ... "Jelita akhirnya tersenyum mesra.
Aku menatap wajah Jelita yang sayu akan rindu, karena takut rindu itu berlalu, ketika jelita berubah ekspresi kebahagian jadi risau, ia menatap ke sebuah taman dan sesekali ke ruang sepi dan langit tak berhujung, tak menghiraukan kehadiran Jejaka yang telah jauh-jauh datang dari seberang. Sepertinya makna lamunannya, jauh ke ruang angkasa, ada rasa syukur, akan kehadiran sosok yang ia dambakan di dunia maya selama ini, seakan takdir alam telah mempertemukannya pada cinta dunia maya.
Di kelopak matanya ada tetesan bening mengalir.
"Jejaka mencoba bertanya pada Jelita?" dan tangannya yang masih tergenggam, kenapa dikau menangis Jelita? Tanya Jejaka, kekasihnya yang telah berada di sampingnya sendiri.
Jelita akhirnya, dia berucap lirih.
"Abaangg? "Lalu, Jelita diam seketika, dan setelah itu Jelita menatapku" dia berucap kembali dengan penuh keyakinan.
"Kuusap air matanya di sela tangis Jelita.
"Ia Jelita, mengatakan.
I love you, I miss you juga abg,
aku akhirnya terharu, dengan ucapan Jelita kekasih maya itu.
"Mmmm....
Ketika itu, aku tertawa sejadi-jadinya, hahaahaaaa....
Sehingga aku dicubit manja oleh Jelita, "auuuuwwww... sakit tau, lirihku padanya, biarin aja wee, jawabannya.
Kucoba menenangkan diri Jelita dalam pelukanku
dan kuucapkan sebuah kata asmara kisah.
"Jelita??
Life in opera ini memang indah Jelita, godaku pada Jelita.
Ya, abangku, jawabnya.
"Abang?" memang cinta satu malam ini terasa indah abg.
Spontan, kupeluk tubuh Jelita lebih erat lagi, dalam dekapan itu. Jelita cinta, akhirnya kukecup bibirnya sejadi-jadinya. Hehe jelita pasrah,
hingga ... Hehem....
"Ahhh, kisah pada hasrat,
terlukis dalam hati yang tersirat.
Kuluahkan story dalam prosa sederhana ini,
hatiku geli,
kenapa story ini terjadi. Malulah pada umur seharusnya.
Jejaka akhirnya menemukan cinta ketiganya semalam di Malaysia.
wasalam ....
HR RoS
Jakarta, 18-9-2015. 16,29
Langganan:
Postingan (Atom)