JIWAKU DAN TUAN GURU ITU
Romy Sastra II
lembah-lembah diri kuselami
menurun mendaki melafaz kalam Ilahi
jalan-jalan terjal kutelusuri
memasuki alam jiwa, rongga rimba raya
aku dan nafsu itu
mengikuti jejak langkah tertatih
jerih payah tak lagi dirasai
di aliran nan tenang sesuatu bertapa bisu
di balik batu berkilau zamrud
seperti bercermin di telaga kaca rasa
sesuatu itu bersabda, ia maha jiwa
sang jiwa penunggu kasta itu berbisik
duhai yang terlena payah
jangan jauh-jauh mencari cinta
selami saja lautan terdalam
jangan takut tenggelam
di dasar jiwa itu mutiara tersimpan
duhai yang menengadah ke langit jiwa
di tingkat makam yang tinggi
makhota cinta bertahta
untuk apa engkau datang kemari
yang hanya membawa jera
padamkan pelangi melingkari galaxi diri
biar tak tergoda dengan ilusi
tuan guru nan bergelar mursyid sejati
aku datang kemari membawa cinta
izinkan aku bertanya tentang azali berdiri
ya tuan penunggu sagara alam diri
baiklah....
coba kau pegang tongkat alif, jangan dilepaskan walau sesaat
dan jangan kau berdiri di kakimu itu
jangan pula kau duduk di tilam permadani
tetapi,
berpijaklah di tempat rasamu bersembunyi
kau kan tahu rasa yang sejati
bersilalah pada embun-embun malam
pada ruang yang teramat sunyi
walau sesak menyeruak berdinding pekat
tak dapat melihat abstrak
bercumbulah dengan lafaz tasbih berbisik
kan kau dapatkan khair-khair rahsi
di sana sabda itu dibisikkan
di pertemuan pintu Ar-Rabbani
la illaha illa ana, innani anaallah
pengakuan IA.
fa subhannallazi biyadihi....
akhir kalam ayat berjanji
subhanna rabbika robbil izati....
ia adalah penutup segala doa untuk-Nya
sesungguhnya itulah sabda tuan guru
membuka jalan tajali
meminta petunjuk jalan akan azali
IA keakuan kesucian-Nya yang segala maha
nyata tak terbantah
mursyid memanggil pulang
kembalilah turun ke mayapada wahai jiwa
pegang nukilan tauhid Ilahi
jangan dilengahkan
meski langit itu kan runtuh ke bumi
HR RoS
Jakarta, 28,05,2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar