Selasa, 18 Juli 2017

Cerpen Tangis Perpisahan

#cerpen

Tangis Perpisahan

Penulis: Romy Sastra

Tak terbayang sebelumnya dalam hidup ini, jika layaran harus tenggelam, dermaga rapuh untuk dituju, dian pun padam.
Nakhoda seperti kehilangan arah menempuh riak di tengah samudera. Sekoci pun terhempas batu karang, tali sauh rapuh mengikat tambang, malang.

Harapan pada suatu noktah adalah kebahagian dan damai, meski hidup terkungkung derita, cabaran pun silih berganti datang melanda. Di sana dan di sini memanglah tak sama irama nyanyian kisah dalam dendang kepayang, bukan irama sinopsis hidup semata, melainkan realiti yang terjadi pada kisah hidup insani nan dilalui.

Rinai mulai menyapa di ujung genteng, sayup-sayup suara azan berkumandang dari corong pengeras suara, waktu magrib tiba.

"Ros, usah lagi kita begaduh macam ni, malulah sama anak, mereka sudah mulai remaja. Abang mencintaimu, menyayangi anak-anak dan menyayangimu juga Ros.

Persetan dengan rayuan manismu abang.
Aku sudah bosan mendengarkan kata-kata cinta dan sayang darimu selama ini, bang Reza. Semenjak kita mula berpacaran aku mengenalimu kau memang playboy, sampai saat ini perangai kau tetap playboy tengik!

"Pertengkaran senja itu mulai menyapa"

Kreekkk... gubrakkk....

Daun pintu dibanting seketika oleh Ros, berlalu ke bilik anaknya meninggalkan suasana risau di dada suaminya.

Kawatir akan terjadi sesuatu di dalam bilik anaknya, lalu Reza menghampiri istrinya di dalam bilik.

Ternyata Ros sudah memeluk anak-anaknya. Kebetulan anak mereka belumlah tidur, masih saja menonton televisi drama kartun serial Upin dan Ipin. Ros menangis di pelukan anak-anak mereka.

"Papa, ada apa gerangan ini mama ya, papa? Mama kok menangis pilu macam ni?" Sahut salah satu anak Reza yang sulung.

Senja mulai menyelimuti kota, di luar rumah hujan pun turun, kota berwajah temaram, menandakan hari mulai malam.

"Nak, kenapa tak belajar soalan sekolahmu, bukankah ada perintah pekerjaan sekolah tadi siang dari gurumu?" Tanya Papanya kepada si sulung, sedangkan yang bungsu diam dan ikut menangis di pangkuan mamanya.

"Papa, soalan dari sekolah sudah saya kerjakan dari petang tadi pa, "jawab si anak sulungnya.

Seketika Ros bangkit menengadah menatap suaminya, Reza. Suasana di bilik pada malam itu, tak lagi nyaman di mata anak-anaknya, yang seharusnya tak elok pertengkaran kedua orang tua disaksikan oleh anak-anak. Tapi, karena keadaan orang tualah yang tak bijak dengan mengontrol emosi di dalam berumah tangga membuat suasana runyam terlebih lagi pada si buah hati yang mulai mengerti arti hidup dari potret kehidupan orang tua.

"Abang!" Pergi dari bilik ini, Pergiii....!!"
Aku sudah muak dengan sifatmu abang, kau punya selingkuhan taunya ya?!" Bentak Ros pada Reza, suaminya.

"Tidak, Ros, tidak. Kau salah paham terhadap abang tu.

"Apanya yang tidak abang Reza?"
Kau tengoklah di dalam meseg dan koment-komentmu di facebook fonmu itu! Aku membacanya di facebook fonku sendiri.

"Ya, ampun mama?! Mama salah paham itu. Jawab Reza pada Ros istrinya.
Abang kan seorang pergurau, banyak rakan-rakan abang bersenda gurau pada abang, itu wajar, bukan berarti abang selingkuh, mama. "Alaahh... masih saja berkilah, gombal!! Dasar buaya. Makian Ros pada suaminya.

Tanpa ampun, Ros mengusir Reza suaminya keluar rumah, dengan rasa emosi kecewa dan tak ingin melawan istrinya, Reza berlalu dari hadapan anak dan istri. Air matanya tumpah di derasnya hujan. Tangisan perpisahan pecah bercampur makian tak terbendung antara Reza dengan istrinya. Disaksikan oleh anak-anak mereka, di suasana hujan pada malam hari, dingin menusuk tulang, Reza terus berlalu. Entah ke mana tujuannya yang ia ingini, hatinya gaduh, antara pulang ke orang tuanya atau ke mana ya!? Gumamnya dalam hati dalam perjalanan di lorong-lorong kota ia berjalan.
Ia tak ingin pertengkaran itu semakin panas di depan anak-anaknya. Makanya Reza mengalah pergi sementara tinggalkan anak dan istri tercinta.

Pada suatu pilihan, Reza memutuskan tuk menuju salah satu mesjid di kota itu. Reza yang basah kuyup tak membawa bekal apapun dan salinan tuk mengganti pakaiannya yang basah.

"Kenapa kau ini, anak muda? Hari sudah malam, di mana alamat rumahmu?" Ataukah kau hendak mencari alamat seseorang di kota ini ya?"
Reza yang disambut oleh penjaga mesjid tempat ia berteduh, menjawab pertanyaan penjaga mesjid itu dengan rasa gugup.

"Iii.. ii... iya pak ustadz, saya hendak mencari alamat saudara saya di kota ini, dan saya kemalaman.
"Oo, kalau begitu, istirahatlah di mesjid ini anak muda!" Sahut pak usadz penjaga mesjid itu.

"Terima kasih saya pak ustadz, atas kebaikannya.
"Iya, sama-sama anak muda.

 Reza diberikan kain sarung dan baju seadanya untuk mengganti pakaiannya yang basah itu.

Pada malam itu, selepas solat. Reza berdoa memohon petunjuk pada Allah, akan problem rumah tangganya yang ia hadapi, mendapatkan jalan dengan sebaik-baiknya. Ia ingin menjelaskan kembali kesalahpahaman dengan istri tercinta.
Reza menyesali diri, kenapa ada pertengkaran dengan istri yang kucintai itu, ya Allah.

Di sisi lain, Ros pun tak larut dalam kesedihan dan kegundahan hatinya dengan suaminya. Ros berdoa pada yang kuasa memohon petunjuk juga. Semoga suaminya kembali pulang dan ia ingin berdamai dengan keegoannya dan kekhilafan suaminya.

**********

Sesungguhya mereka saling MENCINTAI....

Tapi karena telah kebawa ego dan emosi masing-masing, hingga pertengkaran terjadi yang gak sepatutnya disaksikan oleh anak-anaknya.

Esok harinya, setelah habis solat subuh di mesjid itu.
Ada sebuah kekuatan rasa memanggilnya ia pulang, menemui anak dan istrinya kembali.

Reza akhirnya pamit kepada ustadz di pagi itu, tuk melanjutkan perjalanannya. Iya terpaksa berbohong karena malu menceritakan problem yang terjadi di dalam rumah tangganya pada pak ustadz.

Reza dengan rasa optimis melangkah pulang kembali ke rumahnya, dengan jalan kaki ia berdoa dalam hati, semoga anak dan istrinya menyambutnya dengan baik kembali, bila sampai di rumah nanti. Dalam perjalanan menuju rumah, Reza menempuh dua jam lebih dari mesjid yang ia singgahi semalam, jarak dari rumahnya.

Sesampai di halamn rumahnya,
hari sudah mulai siang.
Reza mengetuk pintu....

Tok tokk tokkk... "Asalamualaikum??"

Reza dengan hati yang berdebar-debar berharap ada sahutan dari dalam rumahnya.

"Waalaikumsalam"
Jawab suara dari dalam

"Kreekk... daun pintu dibuka.

Dengan mata melotot, Ros menatap suami sedikit marah, mungkin dari rasa sisa pertengkaran kemaren petang.

"Mama, maafkan abang ya ma?"

Ros tak memperdulikan ungkapan Reza, suaminya. Istrinya diam dan berlalu pergi tinggalkan suami yang mematung di depan pintu.
Padahal di hati Ros, ia tersenyum menatap suami telah pulang kembali.
Tanpa basa-basi, Reza menyerobot saja masuk menghadang istrinya.

"Mama!?" Maafkan abang mama!!
Jika abang salah bergurau di dunia maya. Hingga membuat mama cemburu dan marah-marah tanpa ada penjelasan dari abang terlebih dahulu.

Ros mulai tersenyum dengan kata-kata suaminya, Reza.

"Iya, abangku saya maafkan dirimu"  Tapi....
"Tapi apa mama?
"Abang jangan selingkuh tau.
"Hai ...siapa yang selingkuh ma?!"

"Hehe, gelak senyum Ros, pada suaminya.

"Jangan marah-marah lagi ya mam"
Rayu Reza pada istrinya, dan mama itu salah paham sama abang petang kemaren itu, lo.

Dan Ros pun meminta maaf pada suaminya, karena telah mengusir suami tercintanya dari rumah pada saat hujan
Akhirnya mereka berdamai, saling berjabat tangan dan saling berpelukan.
"Ma, abang mencintaimu mama.
Iya, abang. Mama pun sama.

Anak-anaknya sedari tadi menyaksikan kedua orang tuanya berdamai, anak-anak mereka berteput tangan.

"Horee... papa dan mama sudah baikan ni.
Alhamdulillah ya Allah, orang tuaku sudah akur kembali.

Spontan saja, anak-anak mereka ikut berpelukan bersama kedua orang tuanya.
"Mama-mama, jangan bertengkar lagi ya!?" Sama papa, kasihan papa, mama. "Tidurnya entah di mana semalam tu.

Reza dan Ros saling bertatapan mendengarkan penuturan kedua anaknya.
Hingga mereka tertawa bersama-sama sambil memeluk anak-anaknya.

Selesai

HR RoS
Jakarta, 18-Juli-2017

2 komentar: