Rabu, 29 Maret 2017

Sajak Naratif

KHALIFAH MAHKOTA DIRI
Romy Sastra II

mahkota tersusun indah, harkat diri martabat tubuh, lambaian seperti mayang menari disepoi si angin lalu
mahkota nan indah berjela-jela tutupi maruah istana tak terjatuh di lembah hina, jadi jembatan melaju menuju mimpi-mimpi

pandai berkaca di kening kan tampak kilauan manik-manik permata, merupa tak dapat disentuh,
tak pandai mengemudi lorong hati, pekat membayangi

matahari diri menatap terik tersungkur malu
tak pandai memandang tertipu dungu
mata hati bersenandung rindu bertemu rindu
meneguk telaga firdausi tak berair melainkan nurrun ala nurrin

nafs-nafs menghela bergerilya adakala sama seiring senada, jadilah seperti seruling senandungkan puji,
adakala ia tak sama bernyanyi
tersendat terikat simpul kabari rahsi melangkah
wahai angin nan berhembus,  jangan lelah memompa jantung berlari, biarkan sumbu selalu hangat
nyalakan lilin di nampan misteri

layar kipas mengipas, sharinglah kabar dan opini, jangan iringi musik nan berbisik merusak amarah membakar istana, kan lebur gunung Thursina dihantam badai melanda, terimalah untaian firman, bahwa ia adalah kabar terindah dan mulya, menutup segala isu nan membunuh

oohh, lubang dunia terminal rasa
jangan tamak menggigit segala yang ada, jadilah corong memfilter nikmat dan pahit, dari sanalah bermula kebaikan dan keburukan terjadi, pada sari-sari dilumat, jadi saripati menyuburkan organik di batang tubuh ini

mahkota di kepala harkat martabat diri
wajah nan indah sempurnanya Ka'batullah
rebahkan ia menuju denstinasi tertinggi
tunduk dan sujudkan sepanjang waktu bertamu

HR RoS
Jakarta, 28/03/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar