Rabu, 22 Maret 2017

Cerpen

#Cerpen

KABUS RINDU DI PANTAI SABAH
Penulis: Romy Sastra II
           

Senja itu,
siluet perlahan redup tertutup kabut pada bayangan awan hitam melingkup mayapada di pantai Sabah.

Nun yang jauh di ujung negeri Borneo, di pantai Rang Bulan, tepatnya di pantai kota Belud tepian selat Philipina, dua insan berkasih sayang anak dan ibundanya, memandu kehidupan dengan suka duka semenjak ditinggal oleh tongkat harapan masa depan belahan jiwanya yang lebih dulu pergi ke haribaan Illahi, yang ia telah lama bersemayam di nisan sunyi dalam dekade yang berlalu.

"Kring... kring... kring....

Suara telepon dari dalam tas Irwan berbunyi, spontan Irwan buka tas dan mengambil handphone yang disimpan di dalam tasnya. Kebetulan Irwan lagi berada di suatu pesisir pantai Jakarta, tengah asyik memancing mencari hiburan masa istirahat, menghilangkan penat dalam berniaga sehari-hari.

Sekejap Irwan tertegun, ternyata ada call mesenger yang masuk, tertulis nama  Laila. Hati Irwan serasa tak percaya, kalau Laila nelpon Irwan tiba-tiba. Padahal lama sudah Irwan tak berkomunikasi dengan Laila.

Klik....

"Assalamualaikum... salam dari Irwan. "Waalaikumsalam ...jawaban Laila.

"Halo... ini Laila ya?
"Iya ...abang.
jawab Laila seketika.

Tumben dikau call abang Laila.
Sahut Irwan dalam percakapan lebih awal.

Kenapa memangnya abang?
"Jawaban Laila dalam nada penasaran"
tak bolehkah saya callmu abang?"

"Boleh saja Laila, masa sih tak boleh.

"Oya, Laila?" Adakah dikau sehat-sehat saja, dan juga, bagaimana keadaan anak-anakmu serta ibundamu di sana?" Apakah mereka baik-baik saja.

"Alhamdulillah abang, kami baik-baik saja di sini. Jawab Laila di ujung nada teleponnya.

"Dan abang, bagaimana keadaannya di Jakarta bersama istri dan anak-anakmu abang?"
Kembali Laila bertanya tentang keadaan Irwan mantan kekasih Laila itu.

(Sedangkan Irwan sendiri sebetulnya telah berumah tangga)

"Alhamdulillah juga Laila, abang sekeluarga baik-baik saja kok di sini.

Percakapan di telepon itu berakhir dengan bla bla blaaa....

Karena Irwan telah lama berpisah sebagai pasangan kekasih dunia maya bersama Laila.

*****

Kabus rindu di pantai Sabah, tersirat dari rona kanvas hantaran gambar pada sampul ruang Facebook Laila.

Sosok dua insan berjalan di atas pasir putih menuju riak mendebur pantai yang sunyi, bergandeng berdua dengan si Putri anak semata wayangnya.

Sekejap Irwan tertegun mengamati dengan bahasa imaji. Bahwa ada seekor merpati dari jauh yang tak mampu hinggap ke sebatang pohon nan rindang di tepi pantai itu.
Putri dan Laila sang ibunya, ia bertongkat semangat dengan satu kaki berjalan. Tak ada pemandu seorang ayah menuju samudra kehidupan, tuk berteduh pada sebatang pohon nan rindang yang telah asri disirami rintik-rintik rinai meneteskan kasih pada malam hari.

Pohon itu telah subur dan indah,
ia adalah isyarat sepoinya hembusan angin pada curahan rasa rindu dalam telp angin mesra  berbagai percakapan mesenger bersama merpati-merpati yang lain.
Apakah ia hanya penghibur saja, dan ataukah Tuhan telah menghantarkan kekasih yang baik tuk mengisi relung hati Laila yang selama ini sepi sepeninggal sang suami ke alam keabadian. Apakah merpati yang lain itu lebih berjaya tuk mampu terbang demi melanjutkan noktah hidup si Laila itu. Uhh, entahlah.

Dalam hati si merpati yang patah sayap tercabut oleh desau pilu pada angin nan tak bersahabat  yang ia enggan hinggap kepada pohon itu. Hanya mampu berdoa saja: ya Allah, berikan kehidupan yang subur dan indah untuk hidup yang terbaik buat pohon gersang itu selama ini, supaya hidupnya kokoh tumbuh pada cabaran gersang nan melanda sepeninggal yang pernah menyirami, diganti oleh sosok merpati yang sejati. Yang ia selama ini ada dalam kebimbangan dan terbuai harapan-harapan kosong belaka. Oleh camar-camar liar di pantai Sabah.
"Dalam doa sang merpati yang ikhlas."

Itulah yang dicerna dari merpati yang enggan terbang pada pohon itu, bahwa ia mengisyaratkan, ada sudah merpati yang lain sebagai penghibur tumbuhnya pohon yang hidup di tepi pantai, dalam riak-riak angin dan gelombang yang gelisah selama ini, semenjak berakhir badai pada kisah ikrar merpati dari seberang yang tak ingin ingkar janji.

Memang Laila telah berpisah dengan Irwan dari seberang, tapi hubungan perasaan dalam pertemanan tetap terjaga hingga kini, meski hubungan komunikasi selalu pasang surut.

Kini, dalam hati Irwan, ia berdoa. Semoga Laila segera mendapatkan pasangan hidup dunia sampai akhirat. Sebagai pengganti suaminya Laila, estafet janji almarhum di masa menjalin cinta menuju bahtera sampai tua berlabuh di depan penghulu. Yang ia suaminya Laila telah meninggal sepuluh tahun yang lalu.

Dan harapnya Irwan lagi, buat Laila. Hati-hatilah memilih pasangan, Semoga Tuhan mengirimkan jodoh untukmu sebagai imam dalam keluarga besar Laila di sana. Didiklah anak-anak dan cucu yang mulai tumbuh remaja, tuk bisa mandiri menghadapi laju kehidupan buat masa depannya nanti.

Selesai

HR RoS
Jakarta, 22/03/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar