Jumat, 16 Juni 2017

Puisi mengenang wafatnya Bung Karno



KEMBANG TERAKHIR 21 JUNI
Romy Sastra

layu gugur dalam kebisuan
sang fajar di ujung senja redup
perisai negara nestapa dalam takdir usia
sakit, sakit aku ya Allah
lirih dari racun politik itu

empat setengah dekade telah berlalu
kau sang proklamator,
bertemu dengan sejawat Bung Hatta
duet kembang wijaya kusuma
haru mendesah hiba
tak terlerai air mata tertumpah

saksi terakhir putra bangsa kesakitan
seakan menadah derita rakyat di pundak sendiri
memang, perjuangan ini belumlah usai
di dada patriot-patriot generasi
berjuang, revolusi datang silih berganti
berjuang dari kebiri kapitalis kolonialis

history dalam pertemuan di wisma yaso
jadi tahanan politik
bertempat di bilik kumuh tak terurus
dalam genggaman mengharukan
berbisik lirih berbahasa Belanda
hoe gaat het met jou?

sejarah mencatat, putra sang fajar
menghembuskan napas terakhir
dalam suasana tahanan politik dikhianati hipokrit politik kiri dan kanan
politik itu ironis, homo homini lupus
manusia adalah srigala bagi manusia lainnya

pupus sudah setangkai kembang sejarah
kuncup redup tenggelam dimakan usia
dari kepal komandonya negeri ini merdeka
gugur dalam racun politik di masa tua
penyambung lidah rakyat berduka
dalam sejarah 21 Juni 1970
Bung Karno tiada

HR RoS
Jakarta, 21-6-2016, 16:06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar